SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Tim Sapuangin Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali torehkan prestasi berskala internasional. Dengan mengembangkan jalur lintasan dan skema mengemudi melalui programming, tim kebanggaan ITS tersebut berhasil meraih juara kedua pada kompetisi Autonomous Programming Shell Eco Marathon (SEM) Asia 2021 yang diumumkan secara daring, Jumat (26/3) lalu.
Pada perlombaan kali ini, Tim Sapuangin ITS lebih menunjukkan performa dari Divisi Electrical-nya. Dijelaskan oleh Ketua Divisi (Kadiv) Electrical Tim Sapuangin ITS Muhammad Samsul Arifin, timnya mengembangkan jalur lintasan, persepsi, serta algoritma kontrol untuk kendaraan otonom pada perlombaan ini dengan menggunakan Robot Operating System (ROS) versi Melodic.
Lebih lanjut, paparnya, kode yang telah dibuat dari ROS kemudian dijalankan menggunakan Microsoft Airsim pada unrealengine. Kadiv yang akrab disapa Samsul tersebut juga menyebutkan, bahasa pemrograman yang digunakan adalah bahasa C++ dan Phyton dengan basis sistem operasi Ubuntu Linux 18.04.
Mahasiswa semester delapan Departemen Teknik Fisika tersebut juga mengaku bahwa karya yang dilombakan ini merupakan karya baru yang belum pernah dibuat Tim Sapuangin sebelumnya. “Tim kami benar-benar memulai dari nol dalam membangun simulasi untuk kompetisi ini,” klaim Samsul. Namun walaupun baru kali pertama mengikuti perlombaan sejenis Autonomous Programming ini, Tim Sapuangin ITS tetap berhasil membuktikan kebolehannya.
Ditambahkan juga oleh Staff External Relation Tim Sapuangin ITS Rida Ayu Arfianti, kompetisi SEM Asia 2021 yang biasanya diadakan secara luring dialihkan menjadi daring karena pandemi. Kompetisi ini berlangsung pada bulan Januari hingga Maret 2021.
Sejak sebulan sebelum kompetisi, tim yang terdiri dari 32 anggota ini telah mempersiapkan banyak hal mulai dari mempelajari peraturan kompetisi, mempersiapkan kebutuhan tempat, hingga perangkat keras yang dibutuhkan.
Tetapi, diungkapkan Rida, situasi pandemi dan lockdown kampus pada saat itu membuat aktivitas serta komunikasi tim terbatas secara daring saja. Selain itu, pada awalnya, spesifikasi perangkat keras untuk mengikuti kompetisi ini sempat menjadi kendala.
Di balik kendala yang ada, tim yang dibimbing Ir Witantyo MEngSc dan Dr Ir Atok Setiyawan MEngSc ini berhasil menjadi tim dengan jalur lintasan dan konsumsi energi paling efektif kedua, menyisihkan 100 tim dari semua region.
Rida kemudian menjelaskan kategori penilaian pada perlombaan ini. Dikatakannya, penilaian efisiensi ini dibagi menjadi empat yaitu mengenai waktu dan jarak tempuh, konsumsi energi, serta CPU Usage. Selain efisiensi, dinilai juga mengenai goals yang diperoleh selama simulasi. Poin dari keduanya kemudian diakumulasi untuk menjadi poin akhir.
“Tim kami memperoleh 41 poin dan akhirnya menduduki juara kedua,” ungkap mahasiswi asal Blitar tersebut.
Setelah menjuarai perlombaan yang sebelumnya belum pernah diikuti, Rida berharap agar ke depan Tim Sapuangin dapat mengikuti kompetisi sejenis. “Karya yang telah kami buat ini akan disimpan dan menjadi patokan pengembangan untuk kompetisi tahun depan,” pungkas mahasiswa angkatan 2018 ini mengakhiri. (ST05)