SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat Hasto Wardoyo bertemu dengan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi. Hasto Wardoyo mengaku senang karena selama dia berkeliling Indonesia bertemu dengan bupati/wali kota serta gubernur, tidak ada yang mengatakan ingin zero stunting dan kematian ibu.
“Baru Pak Wali Kota Surabaya (Eri Cahyadi) ini yang mengatakan seperti itu. Yang lainnya banyak yang merasa berat untuk mengatakan zero kematian ibu,” kata Hasto.
Menurutnya, wali kota Surabaya itu sangat semangat untuk mencapai cita-cita zero kematian ibu itu, sehingga dia semakin semangat untuk menurunkan stunting dan angka kematian ibu dan anak di Indonesia. Apalagi, dia sebagai dokter kebidanan tentu merasa memiliki dan berharap jangan sampai ada ibu yang meninggal saat melahirkan.
“Saya senang bisa ketemu Pak Wali, yang satu-satunya memiliki cita-cita nol kematian ibu dan saya sangat mendukung. Saya juga sering sampaikan seperti yang disampaikan Pak Wali juga, sebenarnya visi sang suami itu harus sama dengan visi pemerintah, karena tidak ada suami yang ingin istrinya meninggal karena melahirkan,” kata dia.
Ia pun memaparkan program yang sedang disusun dan direncanakan BKKBN Pusat, seperti gayung bersambut dengan program yang sudah direncanakan di Surabaya. Menurutnya, ia sudah menyusun Peraturan Presiden tentang ibu hamil yang harus didampingi oleh kader dan PKK.
“Saya tidak janjian dengan Pak Wali, tapi ternyata apa yang disampaikan oleh Pak Wali sama dengan yang sudah saya susun di pusat, bahwa kader dan PKK yang akan menjadi pendamping utama ibu hamil, saya kira gayung bersambut,” ujarnya.
Karena itu, ia menjelaskan bahwa Surabaya bisa menjadi pilot project untuk zero stunting dan angka kematian ibu dan anak. Sebab, Surabaya itu dukungannya sangat kuat dan relatif terjangkan jika dibanding dengan kabupaten lain yang sangat luas. “Makanya, saya optimis Surabaya bisa menjadi contoh dan pilot project untuk zero kematian ibu,” tegasnya.
Hasto menambahkan, derajat kesehatan bangsa ini ditentukan oleh angka kematian ibu dan angka kematian anak, sehingga apabila angka kematian ibu dan anak bagus, maka derajat kesehatan bangsa ini meningkat, itu yang menjadi masalahnya saat ini. “Jadi, WHO itu kan sebetulnya melihat Indonesia dari angka kematian ibu dan anak. Makanya, program Pak Wali ini sudah segaris dengan yang dicita-citakan bangsa atau Pak Presiden,” pungkasnya. (ST01)