Surabayatoday.id, Surabaya – Berdasarkan laporan realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam negeri (PMDN), realisasi investasi penanaman modal Provinsi Jatim di tahun 2020 mencapai Rp 78,3 triliun. Realisasi tersebut terdiri dari PMA Rp 22,6 triliun dan PMDN Rp 55,7 triliun.
Hal ini seperti yang disampaikan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia. Pada tahun 2017 dan 2018, capaian investasi Jatim pada 2017 dan 2018 mengalami kontraksi berturut-turut sebesar – 9,5 persen dan – 22,4 persen. Namun pada 2019, investasi tumbuh 14,3 persen. Lalu pada 2020, naik menjadi 33,8 persen.
Secara angka, Jatim menduduki peringkat ketiga setelah Jawa Barat (Rp 120,4 triliun) dan DKI Jakarta (Rp 95 triliun). Sedangkan di posisi keempat, ada Banten (Rp 62 triliun) disusul Jateng di peringkat lima (Rp 50,2 triliun).
“Dari top 5 provinsi tersebut, Jatim mengalami pertumbuhan year on year tertinggi, yakni 33,8 persen, disusul Banten yang tumbuh 27,3 persen. Sedangkan tiga provinsi yang lain mengalami penurunan,” papar Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa, Rabu (27/1).
Lalu kota/kabupaten mana di Jatim yang menyumbangkan investasi tertinggi? Jawabnya, Kota Surabaya menduduki peringkat pertama total realisasi PMA dan PMDN di Jatim dengan mencatatkan angka Rp 16,8 triliun. Selanjutnya disusul Gresik di posisi kedua dengan realisasi Rp 16,5 triliun, urutan ketiga Kabupaten Pasuruan (Rp 7,9 triliun), Sidoarjo (Rp 6,8 triliun) dan Tuban (Rp 6,1 triliun).
Namun jika dibedah per kategori PMA dan PMDN, maka Tuban mencapai realisasi PMA tertinggi. Nilainya Rp 5,7 triliun, disusul Kabupaten Pasuruan (Rp 3,5 triliun), Gresik (Rp 2,0 triliun), Kabupaten Mojokerto (Rp 1,7 triliun) dan di posisi kelima Jombang (Rp 1,6 triliun).
Sedangkan untuk kategori PMDN, Kota Surabaya mencatatkan angka tertinggi sebesar Rp 15,8 triliun, disusul Gresik (Rp 14,4 triliun), Sidoarjo (Rp 5,4 triliun), Kabupaten Pasuruan (Rp 4,4 triliun) dan Kabupaten Probolinggo di posisi kelima dengan Rp 3,6 triliun.
Khofifah mengatakan peran PMA dan PMDN ini sedang didorong menuju pembangunan iklim investasi yang lebih inklusif. Sebelumnya, atas fasilitasi BKPM RI pada 18 Januari 2021 lalu, enam perusahaan besar dari Jatim turut menandatangani kerjasama kemitraan dengan 18 UMKM.
“Kemitraan saling menguntungkan antara PMA PMDN dengan UMKM di Jatim akan terus kita dorong, agar sektor UMKM kita dapat terlibat di rantai pasok global dan bisa naik kelas,” jelasnya.
Khofifah optimistis momentum kebangkitan investasi Jatim akan terus berlanjut pada 2021. Dinas Penanaman Modal dan PTSP sebagai garda terdepan dalam pengembangan investasi di Jatim, awal tahun ini telah berinovasi memberikan pelayanan perizinan secara on line, melalui aplikasi JOSS (Jatim Online Single Submission).
“Kita berharap dengan adanya JOSS, yang juga akan diseiringi inovasi dan bangkitan-bangkitan lainnya dari innercircle kita sendiri, tahun 2021 kita songsong dengan capaian-capaian yang lebih baik,” pungkasnya. (ST02)