Surabayatoday.id, Surabaya – Tim Spektronics ITS menggagas inovasi baru. Namanya I-BOT, yakni asisten cyborg berupa serangga. Hewan itu mampu membantu tim penyelamat dalam operasi pencarian dan penyelamatan untuk manusia korban bencana.
Ada dua jenis serangga yang dipilih, yakni kecoa dan kumbang. Hewan ini dinilai lebih efetif dalam pencarian korban bencana alam karena ukuran tubuhnya yang kecil. Selain itu serangga juga banyak ditemukan di Indonesia.
“Ide awal dari inovasi ini dikarenakan banyaknya serangga di negara tropis, seperti Indonesia,” ujar Ketua tim Spektronics Michael Adrian Subagio.
Menurut Michael, penggunaan serangga sebagai pendeteksi manusia korban bencana ini lebih mudah. Bahkan penggunaan serangga dinilai lebih efektif daripada anjing.
Alasannya, ukuran serangga yang kecil. Hal itu mempermudah hewan tersebut masuk ke sela-sela kecil, terlebih jika banyak reruntuhan di lokasi bencana.
Lalu bagaimana cara serangga menemukan korban manusia? Michael Adrian Subagio menjelaskan prinsip dari inovasi ini tetap menggunaan serangga yang masih hidup. Ia menyatakan serangga yang dimaksudkan bukan serangga robot.
Teknsinya, pada serangga itu akan dipasangi perangkat elektronik. Serangga hidup dianggap lebih fleksibel karena bergerak sesuai kemampuannya sendiri.
“Karena itu, kenapa pakai serangga asli dan bukan pakai robot mikro, karena nggak perlu tenaga tambahan seperti baterai atau perlu supply power,” terangnya.


Meskipun serangga dipasangi perangkat elektronik, Michael menyebut serangga tidak akan disakiti. Penambahan perangkat hanya berupa backpack kecil yang diletakkan di atas hewan tersebut.
“Dari perangkat ini juga, kita bisa mendapat informasi tambahan di lokasi kejadian,” ungkap mahasiswa Teknik Kimia ITS ini.
Lebih lanjut, kata Michael, digunakan Internet of Things (IoT) berupa Bluetooth, sehingga gerakan serangga lebih terintegrasi. Menggunakan bluetooth dan perangkat amplifier tambahan untuk memperkuat sinyal, serangga-serangga tersebut diharapkan dapat mendeteksi korban bencana di lokasi yang sempit.
Michael menyebut ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk mendeteksi keberadaan manusia dengan inovasinya ini. Pertama, menggunakan kemampuan alamiah serangga itu sendiri.
“Jadi kita manfaatkan kemampuan membau serta kemampuan deteksi suhu serangga untuk mendeteksi keberadaan manusia,” tuturnya.
Cara selanjutnya dengan memanfaatkan mikrofon dan kamera berukuran mikro yang terpasang pada perangkat. “Dengan memanfaatkan perangkat mikro ini, kita bisa live streaming. Operator juga nantinya bisa mengarahkan,” tambahnya.
Lanjut Michael, pemanfaatan bluetooth untuk mendeteksi keberadaan serangga dan melakukan transmisi data masih memiliki kekurangan. Akurasi penelitian yang sudah ada sebelumnya tidak mencapai 100 persen. Sehingga untuk mendapatkan akurasi yang tinggi masih perlu dilakukan banyak riset.
Michael pun berharap dengan banyak riset, ke depannya inovasi ini bisa diaplikasikan di kehidupan nyata. “Inovasi ini kan cuma ide awal. Masih banyak pengembangan yang perlu dilakukan untuk bisa diaplikasikan di Indonesia,” papar dia.
Namun dengan inovasi I-BOT yang digagas ini, Michael dan timnya telah berhasil meraih medali perak pada kompetisi berskala internasional Indonesia International Applied Science Project Olympiad (I2ASPO), beberapa waktu lalu. (ST05)