Surabayatoday.id, Surabaya – Vaksin Sinovac untuk covid-19 sudah tiba di Indonesia. Vaksin ini akan didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia.
Beberapa hari jelang vaksin tersebut tiba, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) merilis salah satu mahasiswanya yang medali perak (Silver Medal) setelah menciptakan kotak distribusi vaksin dalam Indonesia Inventors Day (IID) 2020 kategori International World Invention and Technology Expo (WINTEX). Mahasiswa tersebut adalah Muhammad Adrian Fadhilah dari Departemen Teknik Sistem dan Industri.
Pemuda yang akrab disapa Adrian ini menyabet juara di subkategori International Paper Competition untuk alat yang diberi nama Vaccine and Medicine Distribution Box atau VD-BOX. Alat ini merupakan kotak yang ditujukan untuk mempermudah distribusi vaksin terutama karena adanya pandemi Covid-19.
Inovasi VD-BOX sudah dikembangkan Adrian selama enam bulan dan berhasil mengungguli 2.200 peserta yang berasal dari 15 negara berbeda. Adrian mengatakan ia menciptakan VD-BOX setelah melihat adanya kesulitan dalam melakukan pendistribusian obat-obat kesehatan, terutama bagi wilayah-wilayah yang berada di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) Indonesia.
“Lebih dari 20 persen penduduk di wilayah 3T mengalami malnutrisi, sehingga tingkat kesehatannya rendah,” terang pemuda berusia 20 tahun tersebut.
Dengan tingkat kesehatan yang rendah tersebut, Adrian khawatir apabila pengadaan vaksin di daerah 3T akan sangat sulit, mengingat kondisi sarana dan prasarana.
Motivasinya dalam menciptakan kotak untuk pendistribusian vaksin juga timbul karena Indonesia telah memesan 100 juta vaksin melalui perusahaan farmasi AstraZeneca, tetapi kotak distribusi vaksin yang ada saat ini memiliki ukuran sangat besar dan dengan harga yang mahal. Dari situ Adrian menggagas ide untuk menciptakan VD-BOX, kotak distribusi vaksin yang murah tetapi tetap memenuhi standar keselamatan dan kesehatan.
Dalam mendistribusikan vaksin, VD-BOX bekerja dengan menjaga kestabilan suhu di dalam kotak yaitu antara 2-8 derajat celcius dengan rentang waktu 15 jam sesuai dengan standar penyimpanan vaksin. Adrian mengaku berfokus pada bagaimana cara untuk bisa mendistribusikan vaksin dalam rentang waktu yang tinggi, tetapi dengan komponen yang ramah lingkungan.
“Untuk VD-BOX, saya menggunakan HDPE daur ulang, bahkan ini merupakan bahan yang saya usung dan saya buat supaya aspek ramah lingkungannya tinggi,” papar Adrian.
Sementara itu, komponen pendingin yang dimiliki VD-BOX dibuat dengan menggunakan alat pendingin termoelektrik yang disebut peltier dan mengkombinasikannya dengan ice pack blue gel. Yakni merupakan produk yang mampu menyerap serta menyimpan hawa dingin dan bisa mempertahankan kebekuan suatu benda.
Sedangkan rancang bangun dari VD-BOX ini disusun dengan menggunakan prinsip eco-design atau modular design. Apabila salah satu sisi kotak mengalami kendala maka kotak tersebut bisa diperbaiki dengan hanya mengganti bagian yang rusak. Dengan demikian, tidak boleh melakukan pengeleman atau pengelasan pada kotak.
VD-BOX rancangan Adrian juga dilengkapi dengan tas yang memiliki insulator yang bisa menjaga kestabilan suhu supaya tahan lama. “Alat ini juga menggunakan ide dan konsep untuk selanjutnya bisa melakukan steriliasasi bagian dalam kotak dengan menggunakan pencahayaan UV-C,” pungkas Adrian. (ST05)