Surabayatoday.id, Surabaya –
Di era digitalisasi saat ini beragam kegiatan termasuk berbelanja bisa dilakukan dari rumah, hanya bermodalkan gawai dan jaringan internet. Namun penyedia jasa belanja daring atau e-commerce saat ini masih belum melirik komoditas hasil panen seperti beras.
Melihat hal tersebut, dua mahasiswa Departemen Statistika Bisnis Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) ciptakan H-FARMS. Mereka adalah Maria Ulfa Yanuar dan Lidwina Galuh Wandira.
Keduanya membuat jasa daring ini untuk membantu pemasaran beras berbasis website. “Komoditas beras sangat dibutuhkan semua masyarakat Indonesia, sehingga memiliki peluang yang sangat besar untuk berkembang pesat jika dipasarkan secara daring,” ujar Maria.
Ia mengataka. H-FARMS merupakan akronim dari Happy Shopping Shop. H-FARMS nerupakan sebuah inovasi platform database dan jual beli hasil panen padi berbasis website yang dirancang untuk mengeksplor kekayaan hasil panen padi di Indonesia.
“Inovasi ini hadir untuk menjual produk hasil panen secara daring, dengan motivasi untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui jual beli yang efisien dan efektif di era pandemi Covid-19,” paparnya.
Dalam praktiknya saat ini, lanjut Maria, mayoritas petani masih belum bisa secara langsung memasarkan produknya kepada konsumen. Sebelum akhirnya menuju tangan pembeli, beras dari petani diteruskan ke tengkulak. Banyaknya pihak yang terlibat ini memang memudahkan petani, karena mereka tidak harus repot mendistribusikan berasnya. “Namun, laba yang didapatkan petani semakin kecil karena komoditas harus dijual dengan harga rendah kepada tengkulak,” jelas dia.
Ia menambahkan nilai tambah yang didapatkan oleh pembeli jika membeli produk dari H-FARMS dibandingkan dengan membeli di warung adalah kesegaran dari produknya yang terjamin. Selain itu dengan adanya wadah penjualan daring berupa H-FARMS ini, petani dapat langsung menjual produknya ke konsumen sehingga keuntungan yang didapatkan juga lebih tinggi. Dengan demikian, kesejahteraan petani pun diharapkan dapat meningkat.
Menurut Maria, tantangan dalam penerapan H-FARMS ini terdapat pada proses implementasi yang mengharuskan petani mengunggah data produk mereka pada sistem digital. “Tidak semua petani mengenal dan mampu mengoperasikan internet, sehingga perlu ada pihak-pihak yang membantu petani,” terang mahasiswa Statistika Bisnis ITS angkatan 2019 ini.
Di sisi lain, inovasi dari Maria dan Galuh ini telah berhasil meraih juara kedua dalam ajang Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN) Pekan Raya Ekonomi di Universitas Jember, beberapa waktu lalu. Mereka berdua sangat antusias jika inovasinya ini bisa benar-benar diterapkan.
“Harapannya, H-FARMS dapat menambahkan jenis komoditas yang ditawarkan sehingga lebih banyak produk hasil panen yang dapat dibeli secara daring,” tuturnya. (ST05)