Surabayatoday.id, Bondowoso – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bersama instansi vertikal terus melakukan pemulihan ekonomi dan kesehatan di berbagai kabupaten/kota di Jatim. Termasuk hari Minggu (15/11) sore, Gubernur Khofifah dalam kunjungan kerjanya mengunjungi produsen UKM Kopi di Kabupaten Bondowoso.
UKM Kopi tersebut bernama Ya Hala Coffee yang dikelola Sadik Bahanan sejak tahun 2017. Usaha kopi yang terletak di Jalan Imam Bonjol, Desa Kademangan, Kecamatan Bondowoso itu per harinya mampu menghasilkan 30 kg dengan satu mesin. Produksi kopi dikerjakan dalam satu keluarga.
Produk UKM kopi ini pernah menjadi juara pertama specialty coffee robusta dalam Festival Kopi Nusantara ke-4, serta telah mengantongi sertifikat halal dari MUI.
Seusai melakukan peninjauan, mantan Mensos RI ini mengapresiasi Ya Hala Coffee ini sudah banyak improvement. Beberapa predikat prestasi pun sudah didapatkan.
Khofifah berharap Kabupaten Bondowoso bisa mengembangkan BUMD dan Trading House Kopi. Apalagi kabupaten ini dikenal sebagai Republik Kopinya Indonesia.
Melalui BUMD dan Trading House Kopi ini, diharapkan Kabupaten Bondowoso bisa menentukan stabilisasi harga kopi. Tidak lagi Kopi Bondowoso ditentukan harganya oleh pihak lain, tetapi harga kopi bisa ditentukan trading house Republik Kopi Bondowoso.
“Jadi bagaimana maksimalisasi dari kinerja BUMD termasuk SDM di dalamnya. Kalau resi gudangnya bisa dimaksimalkan sampai tahap berikutnya ada trading house. Ini sudah advance jika sampai trading house,” kata orang nomor satu di pemerintahan Jatim ini.
Untuk mewujudkannya, Khofifah meminta Kabupaten Bondowoso menyiapkan kelembagaannya dan menginventarisir sumber daya manusianya sesuai tuntutan saat ini. Hal tersebut bisa dilakukan dengan mengundang tokoh-tokoh penting asal Bondowoso untuk kembali ke Bondowoso mengembangkan BUMD dan Trading House Kopi ini.
“Orang-orang pintar dari Bondowoso yang sekarang ini sudah sukses diundang ke Bondowoso. Mereka dikumpulkan diminta akses SDM yang bisa mengelola BUMD Kopi di Bondowoso secara lebih advance. Diperkuat juga jejaring pasar pasca panen, olahan dan kemasan. Bondowoso bisa jadi top of the top penghasil kopi. Saat ini untuk Jatim produksi kopi Bondowoso masuk peringkat empat setelah Banyuwangi, Jember dan Malang,” tegasnya.
Pada kesempatan yang sama, Khofifah menjelaskan, pengembangan kopi di Bondowoso juga bisa dilakukan dengan akses penanaman atau ekstensifikasi dan intensifikasi. Untuk mendukung kapasitas produksi kopi di Bondowoso, Pemprov Jatim juga memberikan bantuan sebanyak 100 ribu batang bibit kopi, 20 ribu kilo gram pupuk organik untuk Kabupaten Bondowoso.
“Harapannya akan ada proses penanaman pembibitan kopi lebih banyak dan luas. Sehingga produktivitas kopi Bondowoso bisa lebih banyak lagi,” ujar Khofifah.
Jika ini dikembangkan, lanjutnya, maka bisa menjadi sentra andalan dan unggulan Bondowoso dengan produksi kopinya yang secara kualitas terjaga, kuantitas dikembangkan. “Ada kekhawatiran dari Kepala Perwakilan BI Jatim. Kemungkinan kalau permintaan (demand) besar seperti di Indonesia ini, tidak ada penanaman baru, maka tiga tahun ke depan bisa-bisa kita impor. Sehingga ekstensifikasi lahan, intensifikasi dari proses untuk bisa memberikan produksi yang lebih maksimal perlu dilakukan,” tambahnya.
“Jadi ada proses penanaman yang harus dilakukan ekstensifikasinya, kemudian ada maintenance supaya bisa menjaga produktivitas dan kualitasnya. Dan termasuk penggunaan pupuk organik,” pungkasnya. (ST02)