Surabayatoday.id, Surabaya – KPU Surabaya menggelar debat publik pertama pasangan calon (paslon) cawali-cawawali, Rabu (4/11) malam. Debat publik tersebut diselenggarakan di Hotel JW Marriott dan disiarkan langsung tiga televisi.
Baik paslon nomor urut 1 Eri Cahyadi-Armuji atau paslon nomor urut 2 Machfud Arifin-Mujiaman Sukirno tampil dengan saling uji kemampuan. Tapi di antara debat itu, salah satu yang menarik adalah peran masing-masing cawawali dalam ikut bicara.
Debat yang dipandu host Helmi Kahaf dan Rina Fahlevi, memberi 18 kali kesempatan bicara kepada setiap paslon. Mereka boleh bergantian bicara dalam selang waktu yang sudah ditentukan.
Dari 18 kali itu, Cawali Eri Cahyadi memberikan kesempatan bicara kepada calon wakilnya, Armuji, sebanyak 6 kali. Sedangkan Machfud Arifin lebih sering memberikan kesempatan kepada Mujiaman untuk bicara. Dari 18 kali, Mujiaman 16 kali bicara.
Dari salah satu yang disampaikan Armuji adalah tentang Kota Surabaya adalah satu-satunya kota yang memiliki laboratorium gratis untuk pemeriksaan kesehatan maupun test swab PCR Covid-19.
”Surabaya satu-satunya daerah, kota dan kabupaten yang memiliki laboratorium swab yang gratis,” ujarnya.
Yang dimaksud Armuji tersebut adalah Labkesda (Laboratorium Kesehatan Daerah) Surabaya yang ada di Kecamatan Gayungan. Laboratorium ini baru diresmikan oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pada bulan September 2020 lalu.
Sedangkan Mujiaman di antaranya memberikan pernyataan salah satunya ketika menyoroti kampung kumuh dan banjir yang terjadi di Surabaya. “Ternyata kampung baru punya saluran tak terhubung dengan saluran besar. Ini kita harus berikan bantuan Rp 150 juta untuk memastikan mereka bisa membangun kampungnya,” terang Mujiaman.
Menanggapi debat publik pertama ini, tokoh pers senior Jatim, Dhimam Abror memberikan komentar. Ia menilai ada kelebihan dan kelemahan masing-masing paslon.
“Debat live ditanya soal IPM dan Rasio Gini, paslon nomor 2 tidak bisa jawab dan kurang sigap mengelak. Paslon nomor 1 diuber soal surat ijo dan Pasar Turi juga keteteran menjawabnya,” ujarnya.
Ia menilai dari debat publik pertama ini, paslon nomor urut 2 lebih unggul dibanding paslon nomor urut 1. Namun ia memberikan skor tipis.
“Paslon 2 unggul tipis atas paslon 1,” ujarnya.
Sedangkan mengenai siapa paslon yng akan dipilih masyarakat, Dhimam Abror mengatakan masing-masing memiliki massa. Menurut dia, pemilih rasional kelas menengah urban mungkin cenderung ke paslon 2.
“Tapi pemilih tradisional-emosional di kampung-kampung yang fanatik ke Risma akan tetap ke paslon 1,” imbuh mantan Ketua PWI Jatim ini. (ST01)