Surabayatoday.id, Surabaya – DPRD Surabaya mengkritisi sejumlah proyek Pemkot Surabaya yang dinilai tidak dirawat dengan baik. Di antaranya jembatan bambu bambu di wisata mangrove Wonorejo, jembatan Suroboyo dan terminal Kedung Cowek.
Pembangunan tiga proyek itu diduga tidak dibarengi dengan Detail Engeenering Design (DED) yang matang. Kritikan ini disampaikan anggota Komisi C bidang pembangunan DPRD Kota Surabaya, Buchori Imron.
“Proyek itu tanpa perencanaan dan DED yang matang,” ujarnya.
Legislator asal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini mencontohkan jembatan bambu di wisata mangrove, Wonorejo. Menurut dia, jembatan dibangun dengan APBD Surabaya senilai Rp 1,2 miliar. Namun setelah dikerjakan, kondisinya sekarang tidak terawat.
“Kalau sampai roboh, sedangkan banyak wisatawan datang ke sana kan memalukan,” lanjutnya.
Anggota DPRD Surabaya dua periode ini lantas mempertanyakan anggaran pembangunan jembatan yang dinilainya terlalu besar. Di sisi lain ia meminta Pemkot Surabaya mencontoh ke Probolinggo dalam penataan kawasan mangrove.
Di Probolinggo jembatan yang membentang di mangrove terbuat dari besi dengan memiliki desain yang cantik. Bahkan di tengah hutan mangrove ada rumah makan.
Hal berikutnya yang dikritisinya adalah pembangunan Jembatan Suroboyo di kawasan Kenjeran. Pembangunan jembatan yang menghabiskan dana ratusan miliar itu saat ini kondisinya tidak difungsikan atau ditutup.
Buchori membayangkan jika dana pembangunan Jembatan Suroboyo dipakai untuk kesejahteraan rakyat Surabaya akan sangat bagus. Manfaatnya langsung terasa oleh rakyat yang membutuhkan.
Ketua DPC PPP ini juga menyentil terminal Kedung Cowek. Dikatakan, terminal itu tidak berfungsi maksimal. Padahal pembangunannya mengunakan APBD Kota Surabaya.
“Modal yang dikeluarkan tidak sesuai dengan manfaat yang dirasakan warga. Mestinya prioritas utama pembangunan itu mengedepankan asas manfaat,” tambahnya. (ST01)