Surabayatoday.id, Surabaya – Banyak cara untuk memperingati Hari Santri Nasional yang jatuh tiap tanggal 22 Oktober. Namun Ketua DPD Golkar Jatim, M Sarmuji MSi melakukannya dengan cara berbeda.
M Sarmuji melakukannya dengan berpuisi. Melalui Youtube, ia membacakan rangkaian kata demi kata yang berjudul “Terbanglah Bayi Rajawali”. Puisi itu menceritakan tentang keharuan dan kegelisahan para orang tua yang awalnya melepas anaknya untuk menimba ilmu di pondok pesantren (ponpes).
”Puisi ini menggambarkan perasaan saya, perasaan istri saya dan barangkali perasaan semua orang tua yang untuk pertama kalinya melepaskan anaknya ke pondok pesantren,” kata Sarmuji memberikan kata-kata pengantar sebelum membacakan puisinya.
Menurutnya, ia mengibaratkan anaknya dan juga para santri itu sebagai bayi rajawali. Saat melepas mereka ke pesantren, orang tua mengiringnya dengan tetesan air mata.
Namun, ujar Cak Sar, sapaan akrab Sarmuji, ia menyadari pentingnya meningkatkan harkat dan martabat serta derajat manusia. Semua itu bisa diraih hanya dengan ilmu.
Alasan itulah yang menurut Cak Sar dan hampir semua wali santri atau orang tua harus ikhlas melepas anaknya ke pesantren. “Andai aku tak pernah membaca, mukmin yang kuat lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah, pasti akan terus aku dekap dirimu,” ujar Cak Sar dalam bait puisinya.
Cak Sar menggambarkan, canda tawa anak-anaknya yang membahagiakan otomatis bakal hilang setelah kepergian santri ke pesantren. Dikatakan, melepas mereka merupakan perjuangan berat terutama untuk ikhlas.
Tetapi ia menegaskan bahwa semua wali santri sadar, semakin anak didekap, maka mereka justru makin lemah. Untuk itu, ujarnya mengibaratkan, agar anknya tumbuh kuat, keputusannya adalah merelakan anaknya mengepakan sayap untuk belajar mengarungi kehidupan.
“Kepakan sayapmu bayi rajawali, itu akan memperluas cakrawalamu, kepakan sayapmu itu akan menentukan masa depanmu,” lanjut Cak Sar dalam puisinya.
Dia menyadari, sang anak yang diibaratkan sebagai ‘Bayi Rajawali’ juga akan takut ketinggian. Anak juga bisa menggigil diterpa angin, bahkan takut dengan sinar mentari setelah meninggalkan sarang (rumah).
Namun Cak Sar berpesan, santri tak perlu takut mengarungi angkasa. Terlebih, lanjutnya, sudah banyak santri sudah merasakan hal serupa. Untuk itu, kepergian santri ke pesantren adalah karena sudah saatnya mereka menjalani latihan menghadapi kehidupan.
“Jika engkau menggigil, ingatlah tanpa kepakan sayapmu, elang (burung) akan memangsamu sekalipun engkau bayi rajawali,” ujar Cak Sar masih dalam bait puisinya.
Bait tersebut menggambarkan, santri tak perlu takut mengarungi kehidupan di pesantren. Sebab banyak ancaman, godaan hidup yang bertebaran seiring bertumbuhnya usia dan pengetahuan.
Ia menambahkan, sudah waktunya anak-anak merasakan suasana kehidupan di luar. Sementara sebagai orang tua, pihaknya hanya bisa mengarahkan sekaligus mendoakan dari jauh.
“Kepakan sayapmu, kepakan sayapmu, hanya itu yang akan nenjadikanmu kuat, selamat Hari Santri Nasional, Santri Sehat, Indonesia Kuat,” tutupnya. (ST01)