SURABAYATODAY.ID, PASURUAN – di Pasuruan digelar Festival Mangrove di Penunggul Mangrove Park, Kecamatan Nguling, Kabupaten Pasuruan. Bupati Pasuruan Irsyad Yusuf, mengatakan, usaha untuk melindungi kawasan pesisir dari abrasi sangat vital. Selain karena dampak ekologi, pengoptimalan lahan mangrove memiliki dampak baik untuk sosial ekonomi.
“Kita sudah memiliki sebanyak 7.797 Rumah Tangga Perikanan atau RTP. Belum lagi kita menaungi pembudidaya tambak sebanyak 1.722 RPT, masyarakat, petani garam, pengolah dan pemasar perikanan. Semuanya akan merasakan dampak dari kegiatan semacam ini. Belum lagi potensi ekowisata yang ada,” ucapnya.
Untuk itu, Irsyad mengatakan bahwa hadirnya lokasi wisata Penunggul Mangrove Park sangat membanggakan. Terlebih karena adanya fasilitas seperti seperti jogging track dan gazebo.
“Kami mohon dukungannya dalam upaya dan koordinasi kami dengan Kementerian ATR BPN untuk lahan yang sedang kita minta untuk menjadi pendukung kegiatan. Mudah-mudahan bisa semakin mengoptimalkan mengoptimalkan pengembangan ekowisata mangrove yang ada di sini,” tutupnya.
Untuk diketahui, Festival Mangrove Jawa Timur ke-I Tahun 2022 ini diselenggarakan oleh Dinas Kehutanan Provinsi Jatim. Festival ini sebagai implementasi Kesepakatan Bersama Pemprov Jatim dan Yayasan Gajah Sumatera (YAGASU) tentang Pemulihan Ekosistem di Provinsi Jatim. Hal ini juga telah ditindaklanjuti melalui Perjanjian Kerjasama antara Dinas Kehutanan Jatim berupa kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan serta pemberdayaan masyarakat sekitar hutan.
YAGASU sendiri merupakan badan amal dengan lebih dari 19 tahun pengalaman praktis dalam konservasi keanekaragaman hayati, restorasi dan perlindungan ekosistem, mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Kemudian peningkatan kapasitas dan rekontruksi ekonomi lokal melalui fasilitasi untuk peningkatan pendapatan bagi masyarakat setempat dari mata pencaharian hijau.
Di sisi lain, Provinsi Jatim merupakan daerah dengan luasan mangrove terbesar di Pulau Jawa dan Bali. Berdasarkan Peta Mangrove Nasional Tahun 2021 yang dikeluarkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KemenLHK), luas kawasan mangrove di Jatim mencapai 27.221 Ha.
Sementara itu, total potensi mangrove di Jatim seluas 51.557 hektare saat ini 47,26 persen dalam kondisi lebat, 46,07 persen kondisi sedang dan 6,66 persen kondisi jarang. Upaya penanaman yang melibatkan para stakeholder di Jatim sejak 3 tahun terakhir sampai dengan saat ini mencapai 1.367,77 hektare dengan bibit yang sudah ditanam sejumlah 5,08 juta batang.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menyatakan Pemprov Jatim melalui perangkat daerah terkait terus melakukan upaya pemulihan ekosistem, baik di kawasan hutan, areal penggunaan lain pada Daerah Aliran Sungai (DAS) maupun pada kawasan ekosistem mangrove di pesisir secara terintegrasi.
Komitmen ini, kata Khofifah, seiring dengan kampanye global penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Di mana Pemerintah Indonesia memiliki target penurunan emisi GRK sebesar 29 persen sampai dengan 41 persen pada Tahun 2030.
Untuk itu diperlukan langkah-langkah terobosan, inovasi dan kolaborasi sebagai upaya untuk percepatan implementasi aksi perubahan iklim, terutama pada sektor kehutanan dan penggunaan lahan khususnya aktivitas budidaya pertanian.
“Pemulihan ekosistem mangrove merupakan salah satu cara mitigasi perubahan iklim dengan pola Peningkatan Cadangan Karbon (PCK). Ekosistem mangrove harus dikelola dengan basis masyarakat pesisir sebagai pelaku utama, dengan tetap memperhatikan nilai ekologi, ekonomi dan sosial budaya setempat,” kata Khofifah.
Menurutnya, hal ini bertujuan untuk memberikan perlindungan keanekaragaman hayati, perlindungan garis pantai dan sumberdaya pesisir. Serta peningkatan produk yang dihasilkan bagi peningkatan pendapatan masyarakat setempat.
“Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kolaborasi berbagai pihak, dukungan kuat dari pemerintah daerah dan para pihak terkait lainnya,” tambahnya. (ST02)





