SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi mengumpulkan puluhan pengemudi perempuan ojek online (ojol), di lobby lantai 2 Kantor Balai Kota, Senin (15/8/). Para perempuan pengemudi ojol tersebut dihadirkan untuk dilatih dan difasilitasi oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya agar mendapatkan penghasilan tambahan.
Dalam kesempatan ini, Wali Kota Eri Cahyadi dengan didampingi oleh Ketua Tim Penggerak (TP) PKK, Rini Indriyani, jajaran Asisten dan Kepala PD di lingkup Pemkot Surabaya, sempat menangis. Wali Kota Eri Cahyadi tidak tega melihat ada perempuan yang bekerja sebagai pengemudi ojol di Surabaya.
“Ketika saya bayangkan, panjenengan semua adalah orang tua atau ibu saya, tentu sebagai seorang anak, tidak mungkin ada keikhlasan ketika ibunya harus bertarung sampai dengan larut malam,” kata Eri Cahyadi sembari menyeka air matanya.
Eri mengaku tidak rela, melihat seorang perempuan sebagai pengemudi ojol dan bekerja hingga larut malam. Menurut dia, hal itu sungguh menyesakkan dada dan membuatnya tersentuh ingin membantu memberikan pekerjaan yang lebih layak.
Ia pun bercerita sedikit mengenai pengalamannya ketika memesan makanan melalui aplikasi ojol. Saat itu, jam di rumahnya menunjukkan pukul 21.30 WIB. Tak lama kemudian, makanan itu tiba di rumah orang nomor satu di lingkup Pemkot Surabaya ini.
Ia meminta tolong anaknya, Rahmat Haidar Pasha untuk mengambil makanan dan membayar jasa pengemudi ojol tersebut. Tak lama dari itu, Pasha masuk kembali ke dalam rumah, meminta uang tambahan untuk tips sang pengemudi ojol.
“Anak saya bilang, ‘Yah uangnya tak tambahin ya?” menirukan ucapan putranya.
Mulanya, Eri menganggap memberikan tips itu wajar dilakukan oleh Pasha, ketika membeli makanan melalui jasa ojol. Tapi, yang membuatnya heran, putranya itu menambah uang tips lebih dari biasanya.
“Kok tumben, nggak kayak biasanya. Ternyata anak saya bilang kalau pengemudinya perempuan. Mak deg (kaget) saya,” ungkap dia.
Berawal dari itu, timbul rasa prihatin melihat ada pengemudi ojol perempuan bekerja hingga larut malam. Ia langsung meminta Kepala Dinas Sosial Surabaya, Anna Fajriatin untuk melakukan pendataan untuk dibantu.
Karena bukan hanya sekali itu ia menemui pengemudi ojol perempuan, bahkan sudah tiga kali. Karena itu, dia meminta kepada jajarannya untuk mendata agar pengemudi ojol perempuan di Surabaya mendapat pekerjaan yang lebih layak dan aman.
“Nyuwun tolong Bu Anna, nanti suaminya juga didata. Pekerjaan suaminya apa, kalau memang pekerjaanya tidak pasti, tolong dilatih para ibu – ibu ini,” ujarnya.
Setelah didata, Dinas Sosial (Dinsos) Surabaya berhasil mengumpulkan setidaknya ada 246 pengemudi ojol perempuan di Kota Pahlawan. Bukan sekadar didata, pengemudi ojol perempuan itu kemudian dilatih dan difasilitasi dengan berbagai keahlian serta alat oleh Pemkot Surabaya.
Mulai dari pelatihan menjahit, menyablon dan membuat kue. Begitu dengan bantuannya, Pemkot Surabaya juga memberikan fasilitas mesin jahit, peralatan untuk sablon hingga produksi pastry (kue).
“Ketika seorang ibu atau perempuan itu ingin mendapatkan penghasilan tambahan, kalau bisa bekerja di rumah. Jangan sampai bekerja di luar rumah sehingga membahayakan dan tidak bisa memberikan pendampingan untuk anaknya,” ucapnya.
Ia menambahkan, gol pemberdayaan perempuan pengemudi ojol itu bukan hanya sekadar pelatihan dan membantu memberikan fasilitas alat saja. Akan tetapi, capai akhirnya adalah bagaimana warga yang dibantu itu bisa mendapatkan penghasilan tetap dan layak setiap bulannya.
“Itulah output dan outcome dari pemkot dan kepala dinas, bukan setelah memberikan bantuan dan fasilitas selesai, bukan,” imbuhnya. (ST01)





