SURABAYATODAY.ID, KOTA MALANG – Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Timur Adhy Karyono optimis terhadap peran penting Bank Pembangunan Daerah (BPD) dalam mendukung mewujudkan pembangunan daerah yang lebih maju dan berkelanjutan.
Hal tersebut disampaikannya saat menghadiri acara Seminar Nasional dan Rapat Kerja Nasional Forum Komunikasi Dewan Komisaris Bank Pembangunan Daerah Seluruh Indonesia (FKDK-BPDSI) yang difasilitasi BPD Jatim di Grand Mercure Hotel Malang, Kamis (16/1).
“BPD sebagai penggerak ekonomi daerah berperan penting dalam mendukung pembangunan daerah yang lebih maju, inklusif dan berkelanjutan,” katanya.
“Tentu semua itu harus dengan kerja keras, komitmen dan kolaborasi yang kuat melalui program yang berpihak pada sektor UMKM, peningkatan daya saing daerah dan penguatan ekonomi masyarakat,” imbuhnya.
Namun, kata Adhy, untuk menunjang itu semua, BPD juga harus mampu beradaptasi dan menyesuaikan dengan tantangan zaman yang semakin kompleks, khususnya di era digitalisasi dan transformasi ekonomi.
Di mana digitalisasi dan transformasi teknologi, memberikan peluang dalam penguatan tata kelola, inovasi layanan digital, hingga upaya perluasan inklusi keuangan agar BPD tetap kompetitif untuk meningkatkan peran dan kinerja BPD yang berkontribusi dalam pembangunan ekonomi daerah.
“Perubahan pola konsumsi masyarakat terhadap transaksi keuangan, memberi peluang yang harus disikapi dengan bijak. Karenanya, adaptasi terhadap teknologi digital menjadi kebutuhan utama bagi BPD,” ungkapnya.
“Sehingga, BPD tetap mampu kompetitif dan mempertahankan nasabah yang kini lebih memilih transaksi digital melalui smartphone. Satu genggaman mobile banking dengan fitur kekinian menjadi daya tarik dan mempermudah akses dalam transaksi keuangan,” lanjut dia.
Di samping itu, Adhy pun mengingatkan, hadirnya digitalisasi teknologi di sektor perbankan ini juga menghadirkan tantangan ancaman kejahatan siber (Cyber Crime), yang meliputi pencurian data dan kebocoran data pribadi nasabah, sehingga berdampak pada kerugian financial dan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap institusi perbankan.
Di Indonesia sendiri, lanjut Adhy, tercatat lebih dari 1.900 serangan siber dalam sebulan yang menargetkan email perbankan. Bahkan, sektor perbankan ini menjadi yang terbesar kedua sebagai target terbesar dalam kejahatan siber.
“Kaarenanya, diperlukan strategi dan langkah kongkret serta memperkuat kolaborasi antara pemerintah, perbankan dan lembaga keamanan siber untuk memperbaiki security sistem dan memastikan transformasi digital berjalan aman dan bermanfaat bagi masyarakat,” ujarnya. (ST02)





