SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memberikan penghargaan pada sejumlah Pemda dalam ajang Inotek Award 2023 besutan Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) Jatim di Novotel Samator Hotel Surabaya, Senin (9/10). Pada momen itu, ia menyampaikan salah satu tantangan ialah climate change yang membuat semua harus melakukan mitigasi kebencanaan, termasuk bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Apabila didukung dengan sistem berbasis digital yang menyediakan data akurat terkait titik api, maka penanganan via darat maupun via udara bisa dilakukan lebih presisi. “Kemudian ada pula tantangan El Nino yang berpotensi diikuti dengan La Nina. Hal ini membuat dunia saat ini tengah menghadapi tantangan krisis pangan. Beberapa negara pemasok bahan pangan saat ini memilih untuk menyimpan komoditasnya hanya untuk kebutuhan dalam negerinya, tidak lagi diekspor ke negara lain,” ungkapnya.
Gubernur Khofifah menambahkan, sejatinya produksi padi di Jatim secara y-on-y September 2022 – September 2023 surplus 9,23%. Bahkan ketika ia mengecek stok beras di Kediri dan Madiun, ketersediaan beras mencukupi hingga April tahun depan.
“Meski demikian, harga beras di pasaran masih di atas HET (Harga Eceran Tertinggi). Harga beras medium di Jatim itu paling rendah dibanding provinsi lain. Meski begitu, harganya masih di atas HET,” imbuhnya.
Untuk itu, Gubernur Khofifah juga berpesan agar para bupati/walikota terus memonitoring harga bahan pokok di wilayahnya masing-masing. Termasuk memonitoring bantuan pangan sebesar 10 kg beras per bulan untuk keluarga penerima manfaat yang mulai disalurkan sejak September lalu.
Tantangan selanjutnya ialah permasalahan stunting yang kerap terjadi perbedaan data. Lalu tantangan kemiskinan ekstrem yang sudah semakin tertangani dengan baik di Jatim ini. “Beragam tantangan tersebut, membutuhkan inovasi dan digital IT yang bisa memprediksi dan mengintervensi secara presisi. Sehingga benar-benar bisa dirasakan dampak dan manfaatnya bagi masyarakat,” pungkasnya. (ST02)





