SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Pemkot Surabaya bersama Ketua Tim Penggerak (PKK) Kota Surabaya menyerahkan 193 piagam penghargaan dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) kepada para kader IMP (Institusi Masyarakat Perkotaan) di Gedung Sawunggaling, Kamis (19/1).
193 Kader IMP yang mendapatkan piagam penghargaan dari BKKBN, dengan masa pengabdiannya selama 30 tahun sebanyak 14 orang, masa pengabdian selama 20 tahun sebanyak 47 orang, dan masa pengabdian selama 10 tahun sebanyak 132 orang.
Usai menyerahkan piagam penghargaan, Ketua TP PKK Rini Indriyani bersama Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3A-PPKB) Kota Surabaya, Tomi Ardiyanto dan Koordinator Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) Perwakilan BKKBN Jawa Timur, Suhartuti memberikan sosialisasi yang dikemas dengan talkshow bersama kader IMP se-Kota Surabaya dengan tema “Berencana itu Keren, Surabaya Menuju Zero Stunting”.
Rini Indriyani menyampaikan terima kasih kepada para Kader IMP sebagai pendamping keluarga yang telah ikhlas berkontribusi dalam pencatatan data dan pelaporan identifikasi faktor risiko stunting, serta penggunaan KB di Kota Surabaya.
“Bisa kita bayangkan dalam 10, 20, hingga 30 tahun yang lalu itu butuh perjuangan, mungkin sekarang ada insentif yang diberikan kepada kader. Tapi kalau dulu mereka dengan hati yang ikhlas, mereka berjalan sendiri dan Alhamdulillah mereka bertahan sampai 30 tahun. Itu adalah hal yang luar biasa,” katanya.
Selain menyerahkan penghargaan bagi Kader IMP, Ketua TP PKK Rini Indriyani juga menyerahkan penghargaan kepada Penyuluh Keluarga Berencana (PKB) yang terus mensosialisasikan dan memberikan pendampingan keluarga mengenai pentingnya penggunaan KB.
“Tadi juga ada Penyuluh KB yang juga mendapatkan penghargaan. Tentunya bukan perjuangan yang mudah melihat karakter orang Surabaya yang sulit, ketika mereka diminta untuk menggunakan KB,” ujarnya.
Ia menjelaskan, penggunaan KB bertujuan untuk membatasi jumlah kelahiran untuk menciptakan keluarga sehat dan sejahtera. Jika dalam sebuah keluarga tidak menggunakan KB, maka memiliki potensi terjadi kehamilan yang tidak diinginkan dan berisiko terhadap kesehatan, ekonomi, hingga membahayakan jiwa sang ibu.
“Kalau dalam satu keluarga dengan kondisi tidak bisa memberikan secara cukup dari segi kesehatan dan pendidikan, itu akan sangat disayangkan. Sehingga kita gencarkan 2 anak cukup, maksimal 3 anak dengan harapan mereka bisa terpenuhi dari segi pendidikan dan kesehatan,” jelasnya.
Di sisi lain, dalam kegiatan tersebut juga menghadirkan beberapa pasangan usia subur (PUS) yang memakai metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP). Yakni, metode MOP (Metode Operasi Pria) dan MOW (Metode Operasi Wanita). Para pasangan yang hadir juga memberikan testimoni atau kesaksian saat memilih MKJP tersebut.
“Ini mulai kita kembangkan sosialisasikan bahwa penggunaan KB tidak harus perempuan, tetapi juga bisa dilakukan oleh laki-laki. Sudah dijelaskan bahwa ketika laki-laki yang memilih MOP tidak ada efek samping dan tidak berpengaruh pada kondisi fisiknya, sehingga dengan adanya Kader IMP dan PKB bisa dilakukan konsultasi bahwa penggunaan MOP dan MOW sangat aman,” terangnya. (ST01)





