SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Tim Verifikator Program Kampung Iklim (Proklim) Lestari Tahun 2022 datang di Pendopo Kelurahan Kebonsari Kecamatan, Jambangan Kota Surabaya, Senin (22/8). Kehadiran Tim Verifikator tersebut adalah untuk melakukan tahapan penilaian verifikasi lapangan di Kelurahan Kebonsari Kota Surabaya.
Dewan Pengarah Proklim – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Siti Zuhro mengatakan bahwa pada tahap awal kali ini, pihaknya akan melihat kualitas dari Kelurahan Kebonsari dalam kategori Proklim Lestari. Sebab, dalam satu kualifikasi, Proklim Lestari adalah kategori tertinggi dalam menyabet penghargaan Proklim.
“Kita ingin melihat sebelum dan sesudah, kemanfaatan, dampak positif, dan kesinambungannya. Memungkinkan tidak untuk mempertahankan kualitas yang sudah dicapai saat ini. Jadi betul-betul untuk masa yang akan datang, ini akan dibuktikan oleh data-data, baik data kesinambungan dan diikuti bukti bahwa memang sudah dianggarkan. Maka kesinambungannya terjamin,” kata Siti.
Di sisi lain, untuk kemanfaatan harus dirasakan oleh masyarakat di Kelurahan Kebonsari. “Contoh embung yang diharapkan bisa menjadi solusi untuk mitigasi bencana banjir, untuk dikelola menjadi sesuatu kemanfaatan. Maka, ingin melihat faktualnya, kita sudah menyaksikan sesi presentasi data, yang perlu disempurnakan,” ujar dia.
Meski demikian, Siti mengapresiasi keseriusan masyarakat Kelurahan Kebonsari. Karena, masyarakat ikut berpartisipasi untuk menciptakan inovasi dengan ciri khas Kelurahan Kebonsari.
“Baik keterlibatan dari semua kaum perempuan, anak-anak muda, dan semua komunitas yang ada. Ini bagus untuk menjadi role model atau teladan yang bisa dilakukan oleh kelurahan lain di Indonesia, karena Surabaya selalu menjadi pionir di tingkat nasional,” ungkap dia.
Menurut Siti, karakter Kota Surabaya tidak hanya mampu menyediakan jasa yang berkompeten, tetapi juga mampu memberikan contoh melalui tingkat kelurahan. Ia mencontohkan, seperti Banana Park yang ada di Kota Surabaya. Hal ini dinilai menjadi dampak positif sebagai manfaat yang bisa dirasakan oleh masyarakat.
“Menurut saya bagus sekali, karena banyak terobosan penting yang bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, tentunya akan bisa menjadi contoh yang bagus untuk dilakukan bersama. Melihat Kebonsari yang mampu untuk ketahanan pangan, gas emisi, dan krisis kesehatan yang direspon dengan sangat konkrit. Kebonsari sangat aplikatif,” terang dia.
Oleh sebab itu, ia akan mengajukan Proklim terkait isu kesehatan untuk membangun smart environment dan smart living, agar berdampak pada smart economy. “Dikuatkan dan diikutsertakan dalam inovasi pelayanan publik di kelurahan, maka yang presentasi adalah Walikota. Itu yang sada dorong, agar tahun depan bisa disusun dampak positif, kemanfaatan, dan replikasinya untuk daerah lain,” jelas dia.
Sementara itu, Lurah Kebonsari Surabaya, Rerry Setianingtyaswati menyatakan, telah melakukan kegiatan adaptasi dan mitigasi di seluruh wilayah Kelurahan Kebonsari. “Dimana pengolahan sampah ini baik organik dan non organik. Untuk sampah non organik, kita olah menjadi produk yang bisa kita pasarkan. Saat ini kita sudah memiliki galeri UMKM Kebonsari yang ada di kantor kelurahan ini.
Sedangkan sampah organik, dilakukan budidaya maggot dan memproduksi eco enzyme (cairan atau produk pembersih rumah) untuk meningkatkan nilai ekonomi bagi masyarakat Kelurahan Kebonsari, hingga Kampung Geblak atau Gerakan Balik Kanan. Yakni, warga menjaga ekosistem dengan merubah arah hadap dapur yang sebelumnya menghadap ke sungai, saat ini adalah ruang tamu yang menghadap ke sungai.
“Selanjutnya, untuk ketahanan pangan budidaya sayur – mayur, yang penanaman dilakukan oleh warga. Mulai, terong, tomat, cabai, dan lainnya. Serta ada embung yang digunakan sebagai budidaya perikanan,” pungkasnya. (ST01)





