SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya melakukan pemberdayaan terhadap para pengemudi ojek online (ojol) perempuan di Kota Pahlawan. Mereka diberi pelatihan sablon, menjahit, dan membuat kue.
Salah satu ojol itu bernama Vidia Krismala. Ojol perempuan berusia 48 tahun, warga kawasan Jalan Kapas Madya Kota Surabaya itu mengatakan, bahwa ia senang karena mendapatkan perhatian dari Pemkot Surabaya melalui Dinsos Kota Surabaya.
Menurutnya, adanya pelatihan bagi para pengemudi ojol perempuan bisa mengurangi pekerjaan di luar rumah. “Jadi bisa mengurangi pekerjaan kita di jalan. Kita bisa menghasilkan atau membantu keuangan keluarga, karena sejak awal saya tidak ingin bekerja di jalanan terus. Kita bisa bekerja sambil mengawasi anak-anak di rumah, jadi bisa berbagi waktu,” katanya.
Vidia yang telah berprofesi sebagai ojol sejak tahun 2018 ini mengaku, ia meminta tambahan waktu untuk pelatihan sablon. Sebab, ia ingin terus mengembangkan hasil pelatihan dengan tetap dilakukan pendampingan oleh para instruktur.
“Setelah dari sini saya ingin bisa menghasilkan suatu karya yang bisa langsung dipasarkan. Karena saya ingin mandiri, ingin mendapat penghasilan dari rumah, dan ingin membiayai pendidikan anak-anak. Sebab, saya tidak ingin bekerja hingga larut malam,” ungkap dia.
Senada dengan dia, Yesi Rahmasari (46) ojol perempuan warga kawasan Jalan Tambak Segaran Kota Surabaya mengatakan, bahwa sablon memiliki peluang bisnis yang cukup besar. Sebab, dengan menjadi ojol sejak tahun 2019, membuatnya bekerja hingga larut malam.
“Sesuai dengan ungkapan Pak Wali Kota Eri Cahyadi, yakni ibu-ibu mending bekerja dari rumah. Jadi siang atau sore kita bisa nyablon di rumah,” ungkapnya.
Di sisi lain, Kepala Dinas Sosial Surabaya, Anna Fajriatin menyatakan para pengemudi ojol perempuan sangat antusias mengikuti pelatihan. Seperti saat pelatihan sablon, banyak di antara mereka yang meminta untuk dilakukan pelatihan tambahan, hingga pendampingan seusai gelaran pelatihan.
“Setiap pelatihan yang dilakukan, para instruktur memiliki grup dengan para pengemudi ojol perempuan. Artinya, para instruktur terus melakukan pendampingan. Kami juga akan mengusahakan beberapa peralatan tambahan untuk sablon, mungkin akan kami usahakan untuk pemberian cat agar bisa segera produksi,” ujar dia.
Dikatakan, sesuai semangat Wali Kota Eri Cahyadi, ia tidak rela, melihat perempuan bekerja sebagai pengemudi ojol. Selebihnya mereka bisa kembali ke rumah dan bisa menerima orderan dari rumah, sehingga bisa tetap mendapat penghasilan selesai pelatihan tersebut.
“Saat ini kami sedang progres pendataan pendapatan keluarga mereka, kita sudah kroscek dengan data Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Dari 246, ada 106 masuk dalam kategori MBR, jadi semuanya kami lakukan pengecekan, mulai dari penghasilan keluarga hingga jumlah anak dalam keluarga tersebut,” kata dia. (ST01)







