SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi melakukan pengecekan sejumlah lokasi pekerjaan konektivitas saluran atau box culvert, Senin (18/7). Sejumlah saluran itu berada di Jalan Embong Kenongo, Simpang Pojok, Simpang Dukuh, dan Praban.
Didampingi Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM), serta sejumlah pejabat di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, Eri meninjau pekerjaan konektivitas saluran tersebut. Bahkan, ia blusukan di bawah tanah dengan nyemplung ke gorong-gorong di Jalan Simpang Dukuh untuk melihat kondisi di dalam saluran.
Eri mengatakan sejumlah pekerjaan saluran yang tengah dikerjakan bertujuan mengatasi genangan di pusat kota. Mulai dari kawasan Jalan Panglima Sudirman, Basuki Rachmat hingga Gubernur Suryo Surabaya.
“Kontrak kinerja DSDABM itu mengurangi genangan di Surabaya. Jadi bukan hanya mengerjakan box culvert atau pedestrian saja, tapi bagaimana terkoneksi satu dengan yang lainnya,” katanya.
Menurut dia, genangan yang terjadi di kawasan Jalan Panglima Sudirman, disebabkan drainase di lokasi tersebut tidak mampu menampung volume air saat hujan deras. Sehingga air di kawasan itu mengalir hanya menuju ke oompa Grahadi. Sementara riol yang ada di pedestrian Jalan Kayoon, tidak pernah terbebani aliran air dari Jalan Panglima Sudirman.
“Dulu waktu sebelum dibangun pedestrian, itu airnya rata. Ketika dibuat pedestrian besar, akhirnya tampungannya besar, tidak dimasukkan ke sini (Riol Kayoon),” ujarnya.
Lebih parahnya lagi, kata dia, ternyata dari saluran utama yang berukuran 2 meter tadi mengalir menuju ke drainase kecil di kawasan Jalan Embong Kenongo yang berukuran 60 centimeter. Sehingga hal tersebut menjadi salah satu penyebab terjadinya genangan di kawasan pusat kota.
“Karena itu untuk mengatasi wilayah yang ada di Panglima Sudirman, kita akan buat 2 meter dari Kayoon riolnya sampai dengan Panglima Sudirman. Terus dari PWI (Jalan Taman Apsari) kita larikan ke Jalan Simpang Dukuh tadi, beban itu dimasukkan langsung ke arah rumah pompa Kenari,” jelasnya.
Dengan demikian, jika hujan deras maka saluran air di kawasan Jalan Taman Apsari tidak terlalu terbebani. Sebab, aliran air yang berada di kawasan Taman Apsari ke depan akan terbagi menuju ke rumah pompa Kenari dan pompa Grahadi.
“Tapi setelah saya masuk di dalamnya (box culvert Jalan Kenari) itu kecil. Makanya saya suruh bongkar, karena riolnya besar. Berarti apa? (saluran) yang sudah terbangun tadi itu belum konek semua. Tapi kalau kita lihat dari atas, konek semua. Ini yang kita perbaiki seperti yang ada di riol Jalan Kenari,” papar dia.
Eri Cahyadi menerangkan, seharusnya riol di Jalan Kenari terhubung dengan kawasan yang ada di Jalan Praban. Pasalnya, aliran air dari kawasan Jalan Praban – Siola juga mengalir menuju ke rumah Pompa Kenari.
“Ini harusnya ketika ada hujan deras itu (Jalan Praban) sampai dengan Tidar tidak banjir. Tapi kenapa Kranggan banjir? karena dia tidak ada crossing ke arah riol Belanda ini. Kalau dilihat, di bawahnya pedestrian itu ada riol sebenarnya, tapi ketutup box culvert,” ungkap dia.
Artinya, dahulu saat membangun box culvert di pedestrian itu menutup riol. Seharusnya, kata dia, ketika membangun saluran itu box culvert ditinggikan dan riol yang ada di bawahnya dibongkar hingga tembus. Dengan demikian, tinggi pedestrian akan bertambah 2 meter dan tinggi riol 3 meter.
“Karena itu seharusnya tidak boleh banjir. Tadi saya minta, sudah saya buka mulai kemarin saya mau cari riol ini harus saya bongkar dan bersihkan sampai ketemu dengan rumah pompa Kenari. Karena ini riolnya ketutupan box culvert, jadi bongkar box dulu, kemudian riol,” imbuhnya. (ST01)