SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menekankan pentingnya mengukur skala prioritas. Baginya, sesibuk apapun para Aparatur Sipil Negara (ASN), keluarga harus tetap diperhatikan tentunya dengan membangun keseimbangan kewajiban sebagai abdi negara dan sebagai ibu rumah tangga atau bagi yang laki- laki sebagai kepala keluarga.
Khususnya, bagi ASN perempuan yang telah memiliki bayi. Yang mana, kebutuhan anak akan ASI ekslusif dan kehadiran ibu haruslah terpenuhi. Prinsip karir sukses, ketahanan keluarga terjaga.
“Banyak yang mengatakan tentang pentingnya ASI ekslusif. ASI adalah hak anak, yang mana dari situ terbentuk hubungan psikologis ibu dan bayi. Maka, melalui ASI ini, sesungguhnya kita sedang membangun masa depan bangsa yang kuat dan berdaya saing,” terang Khofifah.
Hal itu disampaikannya sat menutup Pelatihan Dasar CPNS Golongan III Angkatan IX,X,XI, dan XII Tahun 2022 Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Jatim. Pelatihan dasar ini diselenggarakan di Hotel Sinar I, Jalan Raya Juanda, Sidoarjo.
Khusus kepada para ASN guru, gubernur perempuan pertama Jatim ini berpesan agar mereka senantiasa memiliki pemahaman komprehensif. Di mana, saat menjadi guru di bidang tertentu mereka harus menguasai bidangnya. Namun, status sebagai guru juga dituntut menjadi sosok generalis yang terbuka memberikan pengayoman kepada semua murid.
Selain itu, ia juga berpesan agar para guru mengajarkan para murid tentang siklus kehidupan. Hal itu demi mengurangi tingkat stunting dan kematian ibu saat melahirkan.
“Saya berharap sekali bahwa yang kebetulan berprofesi sebagai guru untuk menyampaikan pesan pada murid-muridnya tentang cycle haid dan kehamilan. Karena walaupun kita memperbaiki kualitas pendidikan, kalau stunting tidak diatasi, maka akan berefek pada kemampuan daya saing lokal, nasional maupun internasional ” jelasnya.
Lebih jauh, Khofifah menerangkan, pentingnya menurunkan angka stunting dan kematian ibu dan anak berimbas pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
“Sedangkan 2024 diharapkan agar stunting turun jadi 14 persen. Sekarang Jawa Timur masih di kisaran 23 persen, tetap di bawah rata- rata angka stunting nasional,” terangnya. (ST02)





