SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengapresiasi peran Korps Wanita Angkatan Laut (Kowal) dalam upayanya menjaga kedaulatan NKRI di sektor kemaritiman. Menurut Khofifah, Kowal memainkan peran yang strategis, sebab anggota Kowal mengemban multi peran dalam menjalani kodratnya sebagai wanita yang seutuhnya.
Selain memikul tanggung jawab sebagai prajurit Jalasena, Kowal juga berperan menjadi seorang istri dan sekaligus ibu dalam rumah tangga.
“Selamat Hari Jadi ke-59 Kowal, selamat mengabdi sebagai Ibu Bangsa. Kami turut berbahagia sudah ada Kowal yang memiliki pangkat bintang satu. Betapa ini menjadi bukti pengakuan prestasi Kowal,” kata Khofifah dalam ceramah Pengembangan Kepribadian Antap dan Siswa Kowal Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan dan Latihan TNI AL (Kodiklatal). Acara tersebut diselenggarakan dalam rangka HUT ke-59 Kowal di gedung Soedomo Kodiklatal Surabaya, Selasa (25/1).
“Kita berharap ke depan peran strategis Kowal akan lebih mendapatkan ruang lebih luas lagi,” lanjutnya.
Ia mengatakan, wilayah Indonesia hampir 85 persen adalah maritim. Karenanya, kekuatan maritim menjadi bagian penting. Termasuk TNI AL dan Kowal di dalamnya, memiliki bagian penting dalam menjaga stabilitas keamanan dan integritas sebagai bangsa.
“Karena laut kita merupakan bagian yang menyatukan pulau-pulau. Tugas itu tidak ringan, tapi bila kita bersinergi dengan seluruh kekuatan yang ada kami yakin TNI AL bisa menjaga kedaulatan NKRI dari wilayah laut dengan baik dengan kekuatan prima,” terang dia.
Khofifah juga terus mendorong perempuan untuk berani tampil mengambil peran publik, mengingat perempuan memiliki keunggulan kompetitif maupun komparatif. Untuk mewujudkan hal tersebut, perempuan harus berdaya. Prinsip pemberdayaan adalah memampukan perempuan dalam mengampu berbagai tugas dan pekerjaan.
“Bukan kemudian sekadar memberikan bantuan tetapi mendampingi perempuan lainnya untuk berkembang, belajar hingga ia mampu berperan. Karena seringkali perempuan harus berjuang membuktikan baktinya dan prestasinya untuk mendapatkan pengakuan,” katanya.
“Jika perempuan sudah berdaya maka tidak lagi istilah perempuan sebagai elemen pendukung, tetapi bisa menjadi penggerak utama dalam lembaga/organisasi,” tambahnya.
Lebih lanjut, menurutnya, salah satu kekuatan yang dimiliki perempuan adalah kekuatan berupa sensitivitas dan keberpihakan pada kelompok yang lemah, sabar, ulet sehingga diharapkan hasil pembangunan bisa dirasakan semua pihak lebih luas lagi sehingga tidak ada yang tertinggl.
Untuk itu, perempuan juga harus memiliki kapabilitas yakni kemampuan diri baik intelektual maupun moral, akseptabilitas yakni tingkat penerimaan dan dukungan dari pengikut, serta kompatibilitas yakni kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan kebijakan dari atas maupun bawah.
“Untuk bisa mendorong peran perempuan mendobrak kultur patrilineal bukan sesuatu hal yang mudah. Tapi saya yakin kaum perempuan pasti mampu melakukan itu. Dengan pendekatan persuasif penuh dialogis,” pungkasnya. (ST02)