SURABAYATODAY.ID, MALUKU TENGAH – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa memimpin misi dagang ke Maluku Tengah, Provinsi Maluku, Kamis (2/12). Agenda ini dilakukan sebagai upaya mendorong percepatan pemulihan ekonomi dua provinsi tersebut akibat pandemi Covid-19.
Pada misi dagang dan investasi yang digelar di The Natsepa Hotel Resort tersebut, diikuti 132 pelaku usaha. Di mana 32 pelaku usaha dari Provinsi Jatim dan 100 pelaku usaha dari Provinsi Maluku, yang menyuguhkan berbagai potensi yang ditransaksikan.
Hingga pukul 17.18 WIT, total transaksi misi dagang dan investasi antara Jawa Timur-Maluku mencapai Rp 232,74 miliar. Meski secara sistem telah ditutup tetapi transaksi dagang antara pedagang dan pembeli baik dari Maluku maupun dari Jawa Timur tetap berjalan secara berkelanjutan pasca misi dagang dan investasi ini.
Untuk komoditi jual dari Jawa Timur antara lain ialah produk hasil pertanian dengan varietas beras, jagung, bibit tanaman, olahan rempah, sayur dan buah. Selain itu terdapat pula hasil pertanian diantaranya kubis dan kentang. Hasil peternakan diantaranya telur, olahan daging, daging, ayam potong, olahan ikan.
Sedangkan produk hasil perkebunan antara lain kakao dan olahannya, coco fiber, coco peat, rokok, gula, olahan singkong, bawang merah, olahan biji kopi dan aneka kripik, serta hasil produk kelautan diantaranya aneka hasil laut.
Tak hanya itu, terdapat pula kerajinan kulit ukir, sepatu, tas perempuan, peralatan dapur, kerajinan kuningan, fashion/aksesoris, produk mie keriting dan pupuk. Di sisi lain, komoditi beli dari Jawa Timur antara lain rempah, kopra, ikan, cengkeh dan lain sebagainya.
Gubernur Khofifah menyampaikan kerjasama antara Jawa Timur dan Maluku kali ini merupakan proses resiprokal connection (hubungan saling berbalasan). Mantan Menteri Sosial RI tersebut mengatakan bahwa dari 32 rute tol laut di Indonesia, 27 diantaranya memiliki basis di Surabaya.
Karena itu, ia menyampaikan jika Pemprov Jatim saat ini sedang membangun konektifitas dengan asosiasi shipping line, dalam rangka memberikan jembatan dan konektifitas yang mudah dan baik bagi beberapa exportir dqlam negeri yang melakukan perdagangan antar pulau dan antar provinsi khususnya di wilayah Indonesia Timur.
“Khususnya untuk UMKM. Untuk memenuhi satu kontainer bagi UMKM tidak mudah. Membangun koneksitas dengan market akses dalam dan luar negeri sangat penting,” katanya.
“Kalau saat ini pada triwulan ketiga ekspor kami memang defisit sebanyak Rp 49 triliun, tapi perdagangan antar pulau dan antar provinsi surplus sebanyak Rp 174 triliun,” jelas Khofifah.
Ia juga menyebut bahwa misi dagang yang digelar Pemprov Jatim bertujuan menjalin jaringan pasar yang berkelanjutan dan mendorong potensi komoditi yang ada di masing-masing provinsi. Diterangkan, misi dagang menjadi sarana untuk menggali potensi dan kerja sama antar pelaku usaha, serta meningkatkan kerja sama strategis di sektor industri, perdagangan, pariwisata, dan investasi.
Ke depan, Khofifah juga berharap hubungan antara dua provinsi tidak hanya tentang perdagangan, tapi juga melebar hingga penguatan industri kreatif dan penguatan SDM termasuk SDM untuk ASN. Terlebih, BPSDM Jatim menjadi satu dari dua provinsi yang telah ditunjuk KemenpanRB dan LAN (Lembaga Administrasi Negata)RI sebagai pelopor Corporate University (Corpu).
“Kami ingin setelah ini ada kerjasama antara BPSDM Jatim dan BPSDM Maluku di bidang Corpu. Karena ini akan memberi penguatan SDM di masing-masing institusi baik di level Pemprov ataupun pemkab/pemko di Maluku dengan kami yang ada di Jatim,” katanya.
Dalam kesempatan tersebut, Khofifah juga melakukan penandatanganan Nota Kesepahaman (MOU) dengan Gubernur Maluku Irjen Pol (Purn) Murad Ismail, yang diikuti dengan sejumlah kerjasama lainnya antara dinas kedua provinsi. (ST02)





