SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyerahkan tujuh unit mobil ambulance. Mobil itu masing-masing untuk tujuh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Sosial Tresna Werdha yang ada di Jatim yakni Pasuruan, Jombang, Magetan, Blitar, Bondowoso, Jember dan Banyuwangi.
Ketujuh mobil ambulance yang dilengkapi dengan berbagai peralatan medis. Seperti tempat tidur, tabung oksigen, regulator dan alat medis lainnya. Mobil itu diserahkan ke masing-masing Kepala UPT Pelayanan Sosial Tresna Werdha di halaman gedung Negara Grahadi Surabaya, Jumat (10/9).
Gubernur Khofifah mengatakan bahwa ambulance tersebut disiapkan untuk memberikan layanan penjangkauan non-panti bagi para lansia. Namun menurutnya, pada prinsipnya basis format kekeluargaan yang ada di Jatim adalah extended family. Sehingga diharapkan para lansia tetap ada di tengah keluarga.
Format extended family ini yakni dengan mengedepankan pendekatan keluarga, di mana tidak hanya keluarga inti seperti ayah, ibu dan anak, namun ada anggota lain yang masih memiliki hubungan darah seperti kakek, nenek, dan lain lain.
Sehingga ketika masih ada sanak keluarga, diharapkan lansia tetap ada di tengah keluarga dan mendapatkan layanan dari keluarganya sendiri. “Saya harap sebetulnya proses pendekatan kita adalah tetap keluarga. Selagi keluarga masih memungkinkan memberikan layanan bagi para lansia, jangan dijauhkan dari keluarga,” katanya.
Format extended family ini, lanjut Khofifah, berbeda dengan format nuclear family yang banyak dilakukan di negara-negara seperti Eropa, Amerika dan Australia. Di mana nuclear family yakni satu struktur keluarga induk seperti ayah, ibu dan anak.
“Kalau extended family ini biasanya ada nenek, paman atau bude yang ikut dengan kita, karena memang mereka membutuhkan kehangatan dari sapaan keluarga. Jadi, saya ingin menyampaikan bahwa format keluarga di Indonesia, di Jawa Timur, adalah extended family,” tegasnya.
Khofifah mengatakan, pengecualian bagi para lansia yang sudah tidak memungkinkan mendapat layanan di tengah keluarga, seperti lansia telantar, lansia tersebut masuk kategori Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Lansia PMKS inilah yang saat ini ditempatkan di Panti Tresna Werdha.
Untuk itu, keberadaan mobil ambulance di Panti Tresna Werdha tersebut diharapkan Khofifah dapat dimaksimalkan penggunaannya untuk memberikan penjangkauan layanan di luar panti atau penanganan non-panti. Penanganan non-Panti ini juga yang disiapkan PKH plus.
Penanganan non-panti ini antara lain bagi lansia yang hidup sebatang kara di rumahnya dan membutuhkan akses layanan kesehatan. Ambulance ini diharapkan dapat memberikan layanan yang terintegrasi dengan fasilitas kesehatan atau rumah sakit terdekat.
Penanganan non-panti lainnya adalah mengindentifikasi rumah para lansia yang masuk kategori Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) agar diprioritaskan mendapatkan program rumah tinggal layak huni.
Untuk itu, orang nomor satu di Jatim ini meminta para UPT Dinsos atau Tresna Werdha yang ada di Jatim ikut menyisir rumah-rumah lansia yang masih masuk kategori Rumah tidak layak huni. Dengan harapan segera diprioritaskan mendapatkan renovasi program rumah tinggal layak huni.
“Ketika kita menemukan lansia yang ternyata rumahnya tidak layak huni, tolong itu diprioritaskan dan dikordinasikan dengan Pak Kepala Dinsos,” tambahnya. (ST02)





