SURABAYATODAY.ID, LAMONGAN – Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak ikut memantau pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas bertahap. Emil meninjau pelaksanaan PTM itu di SMAN 2 dan SMKN 1 Kabupaten Lamongan, Senin (30/8).
Emil memastikan bahwa pelaksanaan PTM telah sesuai dengan peraturan yang diberlakukan. Yakni, setiap guru harus sudah tervaksinasi. Lalu durasi pembelajarannya berdurasi hanya 4 jam, dan kelas diisi maksimal 50 persen dari kapasitas.
“Di hari pertama berlakunya PTM terbatas dan bertahap ini, pelaksanaan telah berlangsung dengan baik. Prokes terjaga ketat, sarana prasarana memadai, dan tidak terjadi kerumunan di antara siswa,” ungkapnya.
Proses PTM terbatas dan bertahap ini juga diwarnai keterbaruan dengan penerapan pembelajaran hybrid. Dalam hybrid learning ini, sebagian siswa kelas yang tak hadir di kelas turut mengikuti tetap mengikuti pembelajaran secara daring.
Pasalnya, pelaksanaan PTM ini juga harus disertai dengan izin wali murid. Dari 30 jumlah siswa yang diharuskan, kelas hanya boleh diisi sebanyak 15 siswa. Sedangkan 15 siswa lainnya, mengikuti kelas secara daring.
Emil menekankan, bahwa hadirnya siswa secara langsung ini bukan kewajiban. Jika siswa yang tak diizinkan orang tua, tidak ada paksaan untuk mengikuti PTM.
“Dalam PTM ini, ada dua jenis kelas. Kelas yang sifatnya fisik dan terkoneksi secara online. Siswa diberikan opsi untuk belajar dari rumah. Karena itu, saya tekankan bahwa PTM ini tidak wajib. Apabila siswa ingin hadir, orang tua harus memberikan izin dan pembelajaran dilakukan dengan penuh kehati-hatian,” jabar Emil.
Di SMAN 2 Lamongan, Emil berdialog dan menyapa beberapa siswa. Baik yang hadir di kelas secara fisik pun virtual. Kepada Emil, para siswa mengaku lebih menyukai pembelajaran offline. Sebab, pembelajaran tersebut memudahkan mereka untuk saling berdiskusi dan bertanya kepada guru.
Wagub Jatim ini turut mengapresiasi bagaimana pihak sekolah memperhatikan detail-detail kecil. Seperti jam belajar yang dipersingkat, penerapan jarak antar bangku, penggunaan masker dan face shield. Termasuk ditiadakannya kewajiban untuk mengganti baju olahraga dengan seragam biasa bagi siswa yang mengikuti kelas pendidikan jasmani.
“Luar biasa bagaimana hal-hal kecil di sini sangat diperhatikan. Mulai dari jam belajar yang diperpendek, masker dan face shield untuk siswa, hingga jarak antar bangku,” pujinya.
“Bahkan risiko kerumunan saat berganti baju olahraga diminimalisir. Siswa diperkenankan memakai baju olahraga dari rumah, dan dikenakan sampai pulang sekolah,” imbuhnya.
Sedangkan untuk penerapan pembelajaran di sekolah kejuruan, peninjauan di SMKN 1 Lamongan menunjukkan adanya sistem kelas bergilir. Di sini, pembelajaran yang berlangsung selama 4 jam dibagi menjadi 2 shift, beberapa kelas dimulai dari pukul 07.00-09.00 pagi dan sebagian lainnya dari pukul 09.00-11.00 siang.
Mantan bupati Trenggalek ini berharap agar implementasi pembelajaran hybrid dan PTM dapat tersinergi dengan baik. Serta agar laju Covid-19 dapat dikendalikan dan sebisa mungkin ditekan agar pelaksanaan PTM terbatas dan bertahap dapat terus berlangsung.
“Target kita, semoga ini bisa berlangsung terus, karena kita tentunya berharap kondisi covid bisa kita jaga atau bahkan kita turunkan. Pembelajaran ini harus dilakukan secara hybrid, terkombinasi antara PTN dan daring. Kalau tidak Hybrid tentu tidak bisa berjalan,” tambahnya. (ST02)