SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Setiap tanggal 22 April diperingati sebagai Hari Bumi Sedunia. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajak semua elemen masyarakat untuk memaknai pentingnya menjaga bumi di peringatan Earth Day ini.
Menurutnya, peringatan Earth Day yang digagas sejak 1970 itu tidak hanya dijadikan peringatan seremoni. Melainkan menjadi pelecut gerakan nyata dalam menjaga bumi sebagai tempat tinggal manusia, dan juga makhluk Allah yang lain.
“Hari Bumi kali ini merupakan momentum untuk kembali menyamakan paradigma. Yakni kesepahaman untuk menjaga kelestarian bumi dan bersikap ramah terhadap bumi,” ujarnya, Kamis (22/4).
Ia menegaskan upaya pelestarian lingkungan menjadi tanggung jawab bersama. “Kita harus menjaga Kelestarian bumi agar manfaatnya bisa terus dirasakan oleh anak cucu di masa mendatang,” katanya.
Sebagai bentuk nyata, Khofifah ingin masyarakat Jatim terus melanjutkan gerakan revegetasi di tempat-tempat hutan gundul. Salah satunya seperti yang dilakukan Pemprov Jawa Timur bersama TNI diakhir tahun 2020 lalu yaitu sengan melaksanakan aeroseeding wilayah Malang Raya.
Kegiatan revegetasi itu dilakukan di gunung Arjuna, Kawi, dan Budug Asu. Penebaran benih melalui Skuadron 4 Pangkalan Udara Abdurrahman Saleh.
Even tersebut merupakan satu dari sekian program yang dimiliki pemerintah provinsi dalam bidang lingkungan. Hasilnya memang belum bisa dirasakan langsung. Pada 3 hingga 5 tahun mendatang, benih yang ditabur melalui udara itu akan tumbuh di sekitar hutan tersebut.
“Langkah tersebut bertujuan menghijaukan hutan kembali. Dengan begitu, bencana tanah longsor, banjir, serta kebakaran hutan bisa diantisipasi. Selain itu, revegetasi merupakan cermin kesadaran manusia dalam menjaga bumi ini,” tegasnya.
Selain aeroseeding, pemerintah provinsi Jawa Timur memberi perhatian terhadap sungai. Itu dilakukan karena sungai termasuk sumber penghidupan manusia. Baku mutu air sungai harus tetap dijaga.
Di Jawa Timur ada dua aliran sungai yang cukup besar. Yakni daerah aliran sungai Brantas dan Bengawan Solo. Kondisi baku mutu airnya tidak seperti dulu.
“Pemerintah provinsi memiliki beragam program untuk menjaga baku mutu air tersebut. Program itu melibatkan masyarakat yang diberinama relawan jogo kali. Fokusnya adalah menjaga sungai dari perilaku pencemaran dan perusakan biota. Tujuannya memastikan baku air tersebut tidak semakin rusak. Syukur, bisa membaik,” terangnya.
Untuk itu ia mengajak seluruh masyarakat Jatim untuk ikut dalam gerakan relawan jogo kali, agar menjaga kualitas sungai di Jatim tetap pada fungsinya yang bisa memberi manfaat untuk kehidupan manusia. “Yang harus diingat adalah urip iku gawe urup. Pesan Sunan Kalijogo ini sangat relevan jika kita jadikan referensi. Apa yang kita ambil dari bumi, harus kita kembalikan dengan menjaga kelestariannya,” lanjut Khofifah.
Seperti diketahui, penetapan 22 April sebagai earth day sejatinya memiliki pesan mendalam yang disampaikan kepada seluruh manusia agar tetap menjaga kelestarian bumi ini. Karena itu, program kepedulian lingkungan adalah kepatutan yang harus dilaksanakan. Earth day pertama kali dicanangkan oleh Gaylord Nelson. Kala itu, sekitar 1970, Nelson berprofesi sebagai pengajar lingkungan di Amerika Serikat. Dia menyatakan bumi dalam bahaya.
Nelson yang juga senator Amerika Serikat itu mengumumkan konsep Hari Bumi melalui konferensi pers di Seattle. Pernyataan itu mendapat respon positif dari masyarakat. Mereka sepakat dan akhirnya menetapkan 22 April sebagai Hari Bumi dunia. (ST02)