SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Isra’ Mi’raj diperingati umat Islam, Kamis (11/3). Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang juga Ketua Umum PP Muslimat NU menegaskan, bahwa Isra’ Mi’raj menjadi peristiwa di mana Allah SWT menurunkan perintah salat lima waktu pada umat manusia melalui Nabi Muhammad SAW.
Salat yang merupakan rukun Islam kedua itu diperintahkan Allah pada tanggal 27 Rajab lewat perjalanan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Tepatnya yaitu perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, dan dilanjutkan ke Sidratul Muntaha di langit ketujuh.
Rasulullah melaksanakan perjalanan itu hanya dalam satu malam. Kala itu, transportasi yang digunakan masyarakat setempat hanya hewan unta, keledai, atau kuda. Nabi Muhammad dicemooh saat kali pertama menceritakan perjalanan tersebut. Banyak orang yang tidak percaya dan meragukan perjalanan Isra Mi’raj Rasulullah.
“Dari sekian banyak sahabat, Abu Bakar adalah orang pertama yang membenarkan perjalanan itu. Di kemudian hari, Abu Bakar mendapat julukan Ash Siddiq yang artinya membenarkan. Banyak hal yang bisa diambil hikmahnya dari perjalanan Isra’ Mi’raj Rasulullah. Yang utama tentu salat 5 waktu,” terang Khofifah.
Ia menjabarkan, dalam banyak riwayat dijelaskan semula perintah salat yang Allah berikan adalah salat 50 waktu dalam sehari. Rasulullah menerimanya dengan taat, namun saat turun dari langit ketujuh, Rasulullah bertemu Nabi Musa AS. Beliau pun menceritakan perintah itu kepada Nabi Musa.
Seketika itu, Nabi Musa AS memberi masukan kepada Nabi Muhammad untuk minta keringanan kepada Allah. Alasannnya, salat 50 kali bisa memberatkan umat Nabi Muhammad.
Permintaan keringanan itu dilakukan beberapa kali, sehingga perintah salat yang semula 50 kali diringankan oleh Allah menjadi 5 kali dalam sehari. Yakni waktu subuh, dhuhur, ashar, maghrib, dan isya. Total rekaat untuk salat 5 waktu itu mencapai 17 rakaat.
“Banyak hikmah yang tersirat dari perintah salat 5 waktu. Antara lain, umat Islam diajak oleh Allah untuk belajar disiplin. Umat Islam dituntut mampu menerapkan disiplin waktu, dan disiplin dalam melaksanakan kewajiban salat sesuai perintah Allah,” tegas Khofifah.
Tidak hanya itu, umat manusia juga dituntut disiplin dalam melaksanakan syarat sahnya salat. Mulai menutup aurat, hingga disiplin berbagai gerakan yang ada pada ibadah tersebut. Tanpa disadari, pola perilaku disiplin menjalankan ibadah salat hendaknya tercermin pada kehidupan sehari-hari.
Apabila umat Islam bisa disiplin dalam menjalankan ibadah, maka ditegaskan Khofifah, seyogyanya juga bisa disiplin dalam hal lainnya. Termasuk disiplin menerapkan standar protokol kesehatan di masa pandemi covid-19.
“Pertambahan kasus covid-19 di Jawa Timur mulai landai. Persentase kasus aktif positif berada di bawah 2 persen. Bed ocupancy rate juga turun drastis. Kondisi yang seperti ini harus tetap dijaga. Disiplin adalah kuncinya,” tegasnya.
Dikatakannya, Pemerintah Provinsi Jatim menjembatani pendisiplinan masyarakat melalui PPKM Mikro. Realisasi tetap bergantung pada tingkat kedisplinan masyarakat. Bagaimana masyarakat disiplin menggunakan masker, menjaga jarak, serta sering mencuci tangan menggunakan sabun. (ST02)