SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Menjelang tahun ajaran baru 2021/2022, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi memberikan pengarahan dan diskusi kepada seluruh kepala Sekolah Menengah Pertama (SMP) negeri dan swasta, Rabu (10/3). Ada beberapa poin yang disampaikan Eri Cahyadi kepada puluhan kepala sekolah yang hadir tersebut. Mulai dari kesejahteraan para guru, kualitas pendidikan yang sama baik sekolah negeri maupun swasta serta perhatian khusus kepada pelajar inklusi.
“Ayo kita sama-sama meningkatkan kemampuan agar kita dicintai oleh wali murid dan murid dan mau bersekolah di tempat bapak-ibu,” kata Eri Cahyadi mengawali acara.
Ia menjelaskan, berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud), jumlah per rombongan belajar (Rombel) terdiri dari 32 siswa. Namun begitu, ia menjelaskan ada sekitar 5.135 siswa yang tidak tertampung untuk masuk ke SMP negeri maupun swasta.
Selain itu, dia membeberkan ada dua kemungkinan untuk mengatasi persoalan itu. Pertama, dengan mengajukan tambah kelas atau kedua menambah jumlah siswa dalam setiap kelasnya. “Jangan sampai ada anak yang tidak sekolah. Maka itu menjadi tugas kami di pemerintah kota (pemkot) karena pendidikan untuk kepentingan anak bangsa,” lanjut dia.
Berikutnya, orang pertama di pemerintahan Kota Pahlawan ini meminta agar semua sekolah saling berlolaborasi dan menyatu tanpa ada persaingan antar sekolah demi kesejahteraan guru. Dia mencontohkan, ketika guru di sekolah A hanya mengajar selama tiga jam sehari, setelah itu guru tersebut dapat bergeser ke sekolah lain untuk mengajar atau istilahnya sharing (berbagi) guru. Dari situlah gaji yang diperoleh guru pun sesuai dengan UMK.
“Karena selama ini yang terjadi setiap sekolah mengundang guru yang berbeda. Jadi harus saling kerjasama atau kolaborasi. Karena bopda yang saya buat ketemunya adalah UMK. Saya selalu bilang kebersamaan, gotong royong kelapangan hati kita untuk tidak menjadi yang nomor satu terus,” tegasnya.
Termasuk bagi pelajar yang berkebutuhan khusus atau sekolah inklusi. Eri pun mengungkapkan akan memberikan tambahan guru pendidik serta pelayanan yang lebih.
Sebab menurutnya, kebutuhan pelajar tersebut juga berbeda dibandingkan dengan siswa-siswi pada umumnya. “Pelayanan kita harus lebih dari sekolah biasa. Karena kita tahu kebutuhan mereka juga lebih. Sehingga pemerintah harus hadir di sana. Kota ini harus ramah dengan yang berkebutuhan khusus,” urainya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Supomo menambahkan, pihaknya bakal mengajukan kepada Kemendikbud untuk menambah jumlah anak dalam satu rombel. Dia pun merinci, berdasarkan data jumlah lulusan SD/MI dengan berjumlah 46.575 siswa.
Dari angka tersebut, daya tampung SMPS/MTs berjumlah 23.232 siswa. Kemudian daya tampung SMP negeri berjumlah 18.208 yang terdiri dari 569 rombel.
“Selisihnya yakni 5.135 orang. Kita ajukan kepada kementerian untuk menambah jumlah anak yang berada dalam satu rombel. Supaya angka itu bisa tertampung,” terangnya. (ST01)