SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Pandemi Covid-19 memberikan tantangan tersendiri bagi industri asuransi. Sejumlah strategi dijalankan agar kinerja tetap positif. Salah satu oleh Axa Mandiri.
“Axa Mandiri terus menyediakan produk asuransi yang seusai dengan kebutuhan dan kemampuan nasabah,” kata Chief Bussines and Distribution Axa Mandiri, Theodores Tangke.
Hal ini disampaikan dalam FGD “Mengupas Potensi dan Tantangan Bisnis Asuransi di Masa Pandemi. Kegiatan ini dilaksanakan secara virtual.
Sesuai dengan kondisi saat ini, PT Axa Mandiri Financial Services (Axa Mandiri) akan meluncurkan produk asuransi lagi. Namun produk ini akan menyasar segmen menengah ke bawah atau mikro.
Menurut Theodores Tangke, sekarang memang ada kecenderungan nasabah memilih perlindungan premi yang murah. “Jadi tahun ini kita berupaya memperluas penjualan asuransi mikro dengan premi murah mulai Rp 50.000, ada pertanggungan jiwa dan rumah sakit. Ini diharapkan bisa membantu segmen mikro,” jelasnya.
Selain itu, dengan pembatasan sosial yang masih dijalankan, Axa Mandiri juga mengembangkan layanan digital. “Belajar dari pengalaman 2020, layanan digital memegang peranan penting karena kita harus terus terkoneksi dengan nasabah di masa pandemi,” ujar Theo.
Dikatakan Theo, Axa Mandiri juga meluncurkan dua aplikasi yang dapat dipergunakan oleh para tenaga pemasar maupun nasabah. Dengan aplikasi itu sehingga kedua belah pihak bisa melakukan tanya jawab secara langsung dan mendapatkan poin-poin tertentu saat membayar premi.
Axa Mandiri pada 2020 sendiri mencatatkan kinerja klaim asuransi sebesar Rp 4,8 triliun. Jumlah klaim yang dibayarkan tersebut turun dibandingkan 2019 yakni mencapai Rp 5,3 triliun.
Dalam kesempatan yang sama, Pengamat Ekonomi dari Universitas Islam Malang (Unisma), Harun Al Rasyid menilai bisnis asuransi ke depan masih banyak peluang yang bisa dioptimalkan, bahkan di masa pandemi.
Menurutnya, disadari atau tidak, pandemi ini justru membuat orang sadar untuk ikut asuransi, dan mereka mulai menyimpan dan mengatur keuangan dengan lebih bijak.
“Kalau dulu dianggap tidak penting, tapi saat ini minat asuransi semakin bertambah,” katanya.
Harun menyebutkan sebuah survei minat orang yang berencana membuka polis. Survei itu menyebutkan sebanyak 30 persen ingin membeli polis asuransi jiwa dan kesehatan, untuk penyakit kritis dan asuransi rawat inap sampai 34 persen.
“Ini artinya, dengan Covid-19, masyarakat semakin sadar bahwa asuransi menjadi kebutuhan dasar dan darurat. Jadi bagaimanapun semua aktivitas manusia membutuhkan proteksi dan pendampingan supaya kita tetap nyaman beraktivitas,” imbuhnya.
Di balik terjadinya covid-19, ternyata menyadarkan masyarakat akan pentingnya memiliki proteksi baik itu kesehatan, jiwa ataupun kerugian lainnya. Adanya covid-19 menjadi literasi bonus bagi industri asuransi bahwa makin banyak masyarakat yang sadar dan ingin mengetahui produk asuransi untuk jaga-jaga.
Lebh lanjut, kata Harun, ini peluang besar bagi perusahaan asuransi menangkap peluang. Tentu saja seiring perkembangan tekhnologi, layanan digital menjadi keharusan khususnya untuk nasabah milenal.
“Di mana mereka lebih percaya dengan review dan digitalisasi daripada agen perusahaan asuransi itu sendiri,” jelas Harun. (ST06)