Surabayatoday.id, Surabaya – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajak para pengelola desa wisata dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) untuk memaksimalkan potensi UMKM di daerahnya masing-masing dengan mensinergikan BUMDes. Hal ini dinilainya penting karena produk UMKM akan menjadi nilai tambah dan daya tarik dari paket wisata yang ditawarkan di masing-masing desa wisata.
“Produk-produk unggulan UMKM ini akan memperkaya daya tarik yang ditawarkan desa wisata. Karena saat ini, orang tidak hanya berwisata untuk menikmati keindahan alam saja tapi juga wisata kuliner serta berbelanja oleh-oleh,” kata Khofifah.
Pernyataan ini disampaikannya saat menutup Jambore Desa Wisata dan Pokdarwis tahun 2020 secara virtual dari Gedung Negara Grahadi Surabaya, Sabtu (5/12). Ia menjelaskan, saat ini Jatim memiliki 479 desa wisata yang tersebar di 38 kab/kota.
Rincian, 23 desa wisata kategori mandiri, 14 desa wisata kategori berkembang dan 442 desa wisata dalam kategori rintisan/potensi. Pembagian kategori tersebut berdasarkan Indeks Desa Wisata yang telah disusun Disbudpar Provinsi Jatim berkolaborasi dengan asosiasi dan akademisi perguruan tinggi dengan memperhitungkan 85 variabel/sub indeks yang telah disusun.
Dari jumlah 479 desa wisata tersebut, lanjut Khofifah, masing-masing memiliki memiliki keunikan. Seperti desa wisata alam yakni gunung, pantai, danau/ranu, sungai, gua, dan lain-lain. Kemudian desa wisata budaya yang menyajikan tradisi, sejarah, keyakinan, kerajinan, makanan tradisional, upacara adat/agama. Serta desa wisata buatan seperti amusement park, taman bunga, spot selfie, sentra, kebun buah, dan lainnya.
“Pandemi covid-19, mengubah tren wisata yang dulunya cenderung ke quantity tourism kini menjadi quality tourism. Konsep ini sendiri erat kaitanya dengan desa wisata. Hal ini dikarenakan masyarakat cenderung memilih wisata alam yang memungkinkan untuk melakukan physical distancing,” terang orang nomor satu di Pemprov Jatim ini.
Untuk itu, di era pandemi ini, destinasi wisata didorong untuk bisa menerapkan standar protokol kesehatan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yang telah menetapkan protokol CHSE (Clean, Health, Safety and Environment) sebagai petunjuk bagi pelaku industri pariwisata untuk mereaktifasi kembali usahanya.
Khofifah juga menambahkan, pengembangan potensi produk unggulan di desa wisata terus dilakukan tidak hanya untuk menggaet wisatawan, tapi juga mendorong pemasarannya, tidak hanya di pasar dalam negeri tapi juga ekspor ke mancanegara. (ST02)