Surabayatoday.id, Surabaya – Berkat menyulap ekstrak kulit mangga menjadi agen inhibitor korosi logam SS-304 yang ramah lingkungan, tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mencetak prestasi. Tim yang bernama Platinum tersebut berhasil meraih medali perunggu dalam ajang berskala internasional World Invention and Technology Expo (WINTEX): Indonesia Inventors Day (IID) 2020 kategori the International STEM-based Innovation Competition yang diumumkan secara daring, Minggu (29/11).
Penelitian yang berjudul Ekstrak Kulit Mangga sebagai Agen Penghambat Korosi pada Logam SS304 tersebut digagas oleh tim yang berasal dari Departemen Kimia, Fakultas Sains dan Analitika Data ITS dan diketuai oleh Ahnaf. Empat anggotanya adalah Tiara Mahendra Kurniawati, Ulfa Miki Fitriana, Hafildatur Rosyidah, dan Mohamad Ikbal Pangestu.
Salah satu anggota Tim Platinum, Mohamad Ikbal Pangestu, menjelaskan bahwa gagasan untuk menciptakan inhibitor lewat ekstrak kulit mangga tercetus setelah Tim Platinum melihat fakta lapangan, di mana kulit mangga tidak banyak diolah dan menjadi sampah organik. Hal tersebut dimanfaatkan oleh Tim Platinum untuk membuat zat yang dapat memperlambat laju korosi.
“Kita menggunakan kulit mangga karena kulit mangga sering dibuang dan menjadi limbah organic begitu saja,” tutur Ikbal.
Alasan Tim Platinum memilih kulit mangga karena mengandung senyawa flavonoid. Yakni merupakan kelompok senyawa bioaktif yang banyak ditemukan pada bahan makanan yang berasal dari tumbuhan, dan salah satu sumber flavonoid terbanyak adalah kulit mangga. Berdasarkan keterangan Ikbal, flavonoid merupakan salah satu jenis antioksidan dan bisa berperan dalam menghambat laju korosi.
“Nah dengan adanya antioksidan itu maka pengaratan (korosi) bisa ditahan, sehingga kulit mangga bisa menjadi inhibitor untuk laju korosi,” papar mahasiswa yang juga menjabat sebagai public relations di tim robot terbang Bayucaraka ITS.
Mahasiswa berusia 20 tahun itu juga memaparkan terkait kesulitan yang dihadapi Tim Platinum selama mengikuti kompetisi WINTEX tersebut. Menurutnya, tantangan terbesar bagi tim adalah terkait dengan komunikasi dan koordinasi tim karena kegiatan lomba dilaksanakan secara daring. “Tantangan terbesar bagi kami selama mengikuti kompetisi ini adalah komunikasi dan koordinasi antar tim yang sepenuhnya harus dilakukan secara online,” ungkap Ikbal.
Meski ada kendala komunikasi dan koordinasi tersebut, Ikbal menjelaskan bahwa eksperimen dan pengolahan data terkait ekstrak kulit mangga sudah dilaksanakan sebelum adanya pandemi yang menyebabkan perkuliahan secara daring. “Hal itu dikarenakan pada awalnya kami sudah berniat mengikuti kompetisi yang serupa secara luring yaitu Shanghai Expo,” bebernya.
Penelitian yang sempat diusung sebagai topik dalam Program Kreativitas Mahasiswa-Penelitian (PKM-P) 2018 lalu dan berhasil mendapat pendanaan tersebut juga pernah meraih medali emas di ajang ingternasional sebelumnya. Yakni di ajang Korea International Women’s Invention Exposition (KIWIE) 2020 lalu.
Mahasiswa angkatan 2018 itu berharap agar inovasi terkait zat inhibitor dari ekstrak kulit mangga ciptaan timnya tersebut dapat memberikan manfaat bagi masyarakat, khususnya untuk inhibitor korosif terhadap logam. (ST05)