Surabayatoday.id, Surabaya – Pandemi Covid-19 tidak mengurangi kreativitas siswa-siswa SMK di Surabaya. SMK Wijaya Putra, salah satu sekolah kejuruan di Surabaya mampu membuat mobil listrik. Mobil tersebut pun sudah diuji coba di sirkuit di kawasan stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya.
Uji coba mobil listrik yang diberi nama ‘Garuda Wijaya’ SMK Wijaya Putra ini dilakukan dengan mengitari sirkuit dengan panjang lintasan 1.200 meter itu. Lintasan tersebut juga memiliki lebar 30 meter, track lurus 450 meter, dan 9 area tikungan.
Sirkuit ini sebenarnya diperuntukan balapan motor atau mobil. Namun mobil listrik Garuda Wijaya mampu menempuh putaran sirkuit berkali-kali tanpa ada kendala.
Kepala SMK Wijaya Putra Surabaya, Sugeng mengatakan mobil listrik ini memiliki spesifikasi dinamo 2000 watt 60 V-72V, controller 1500 watt 48-72 V, baterai lifepo4 72 V 14 AH dan preload 3,5 KG/6 LBS (tanpa beban). Selain itu, lebar kendaraan 115 cm, panjang kendaraan 212 cm, tinggi kendaraan 130 cm, jarak sumbu roda 147 cm, dan ground clearence 21 cm.
“Speedometer sudah menggunakan tipe digital yang dapat digunakan untuk mengetahui kecepatan kendaraan dalam satuan KM/H,” katanya.
Selain speedometer, ujar Sugeng, terdapat watt meter yang berfungsi mengetahui voltage baterai, ampere yang digunakan, powernya, dan mengetahui energi yang dipergunakan.
Ia menjabarkan karya ini merupakan aplikasi dari pelajaran dalam program studi teknik kendaraan ringan otomotif SMK Wijaya Putra. Bahkan, jurusan ini telah menjelma sebagai ekstra kurikuler untuk menampung bakat-bakat siswa berkaitan dengan otomotif.
“Kami memberikan wadah kepada siswa untuk mengembangkan bakat-bakat yang dimiliki. Banyak terobosan yang sedang diproses, di antranya produk pengusir hama. Kita lihat perkembangannya nanti,” ujarnya.
Sementara Arganata Risky Hidayat, salah satu siswa SMK Wijaya Putra yang terlibat langsung pembuatan mobil listrik ini mengaku senang dengan karya yang dibuat bersama teman-temannya. Menurut dia, proses pembuatan mobil listrik ini banyak menemui kesulitan. Di antaranya gir belakang yang dibuat untuk penggerak sering lepas.
Namun setelah melakukan serangkaian uji coba, akhirnya ditemukan cara supaya gir tidak lepas saat kendaraan melaju dengan kecepatan tinggi. “Kami terus melakukan inovasi untuk membuat mobil listrik ini,” ujarnya.
Mobil ini, lanjut Risky, proses pembuatannya berkisar enam bulan, mulai merangkai hingga selesai. Sedangkan biaya yang dibutuhkan untuk membuat mobil dengan kecepatan 57 KM/jam ini sekitar Rp 15 hingga 16 juta.
“Kami akan melakukan pengembangan pembuatan mobil listrik ini,” papar dia.
Mashuri, Perwakilan ITS juga tim Molina mengaku bangga dengan inovasi yang dibuat siswa-siswa SMK Wijaya Putra. Menurut dia, wujud mobil listrik merupakan langkah besar yang dibuat siswa-siswa SMK, karena ke depan mobil ini akan menjadi tunggangan masyarakat.
Meski demikian, ada tingkat kekurangan mobil itu. Di antaranya kestabilan kendaraan yang masih perlu dilakukan pembenahan dengan baik.
“Tetapi saya tegaskan ini langkah yang luar biasa dengan kelas siswa SMK. Saya yakin langkah besar ini ditunggu masyarakat,” terangnya. (ST03)





