SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Di tengah pesatnya perkembangan teknologi, banyak Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang masih menggunakan intuisi dalam mengelola persediaan barang. Menyikapi hal itu, Tim Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas) dari Departemen Sistem Informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) mengembangkan Andal App, aplikasi cerdas untuk UMKM mengatur stok persediaan secara lebih efisien.
Ketua Tim Abmas Prof Mahendrawathi ER ST MSc PhD menjelaskan bahwa pengelolaan stok yang hanya berbasis intuisi kerap menimbulkan dua permasalahan bagi UMKM. Pertama, pelaku usaha sering kehabisan stok barang yang banyak dicari pelanggan. Kedua, terjadi penumpukan barang yang tidak laku, yang berisiko kedaluwarsa dan membuat modal tertahan. “Ini masalah klasik dalam teori manajemen rantai pasok,” ujar perempuan yang kerap disapa Mahe itu.
Ia menambahkan, persoalan ini menjadi semakin krusial karena sebagian besar UMKM memiliki modal yang terbatas. Penumpukan barang akibat pengelolaan persediaan yang tidak tepat membuat modal tidak berputar dengan optimal. “Dengan modal yang terbatas, mereka sering kali bingung menentukan prioritas barang mana yang perlu dibeli lebih dulu,” jelas dosen kelahiran Denpasar tersebut.
Oleh karena itu, Mahe bersama timnya menciptakan Andal App untuk menangani permasalahan tersebut dengan menerapkan metode manajemen persediaan sederhana berupa klasifikasi ABC. Melalui metode tersebut, UMKM dapat mengidentifikasi barang yang memiliki kontribusi besar pada pendapatan untuk dijadikan prioritas pada pembelian stok barang. “Kita dapat membedakan, oh ini barang yang kategorinya itu penting dan tidak boleh kehabisan,” tuturnya.
Lebih lanjut, Mahe memaparkan bahwa aplikasi ini akan mengelompokkan barang ke dalam tiga kategori utama, yakni kategori A, B, dan C. Kategori A adalah barang prioritas yang memiliki nilai tertinggi, sehingga tidak boleh kehabisan stok persediaan. Kategori B berisi barang dengan nilai menengah, sedangkan kategori C mencakup barang bernilai rendah. Berdasarkan kategori tersebut, aplikasi akan memberikan rekomendasi jadwal pemesanan agar UMKM tidak mengalami kekurangan maupun kelebihan persediaan.
Namun, Mahe menyampaikan bahwa tantangan terbesar dalam penerapan aplikasi ini ialah mengubah kebiasaan pemilik UMKM untuk rajin mencatat data. Guna mengatasi hal tersebut, aplikasi ini telah dirancang untuk lebih fleksibel dalam pencatatan data persediaan barang. “Kami sadar pemilik warung sibuk, jadi tidak harus setiap transaksi dimasukkan, bisa dirangkum dan dicatat sekali saja di akhir hari,” ungkap Guru Besar Departemen Sistem Informasi ITS tersebut.
Sebagai langkah sosialisasi, tim Abmas tersebut juga telah mengadakan workshop pengenalan Andal App yang dihadiri oleh para pemilik UMKM di Surabaya pada 6 November lalu. Ke depannya, inovasi tersebut juga akan terus dikembangkan dan diupayakan menjadi aplikasi Android yang tersedia di Playstore bernama SiStock. Saat ini, pengembangan aplikasi tersebut tengah memasuki tahap uji coba oleh 14 pemilik UMKM untuk memberikan masukan terhadap fitur dan tampilan antarmuka.
Kehadiran Andal App menjadi bagian dari kontribusi ITS dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), yaitu mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan penciptaan pekerjaan yang layak. Inovasi ini pun diharapkan dapat membantu UMKM meningkatkan efisiensi dan meraih omzet yang lebih baik. “Dengan aplikasi ini diharapkan pemilik warung bisa menyediakan barang dengan tepat dari segi jenis, jumlah, dan waktu, sehingga menciptakan nilai tambah baru,” pungkas Mahe penuh harap. (ST05)






