SURABAYATODAY.ID, JAKARTA – Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak melakukan audiensi dengan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan RI, Lukman F. Laisa, di Kantor Kemenhub Jakarta, Rabu (30/7).
Pertemuan ini membahas penguatan konektivitas udara di Jawa Timur, khususnya optimalisasi Bandara Dhoho, Kediri, untuk mendukung layanan penerbangan umroh.
Dalam pertemuan tersebut, Wagub Emil menyampaikan bahwa Bandara Dhoho memiliki potensi besar untuk menjadi bandara alternatif keberangkatan jamaah umroh dari Jawa Timur, sebagai bagian dari strategi desentralisasi layanan penerbangan internasional.
“Kami mendiskusikan langkah konkret untuk mengoptimalkan Bandara Dhoho, salah satunya untuk mendukung penerbangan umroh. Ibu Gubernur telah menjalin komunikasi dengan sejumlah agen umroh besar yang saat ini mengoperasikan sekitar enam penerbangan umroh dari Jawa Timur setiap minggunya,” ujar Emil.
Ia menjelaskan, dalam tahap awal, akan dilakukan uji coba penerbangan umroh sebanyak 3 hingga 4 kali per bulan dari Bandara Dhoho. Pemerintah ingin memastikan kesiapan operasional bandara dari sisi infrastruktur, pelayanan, hingga rute penerbangan.
“Pak Dirjen ini memang sudah berpengalaman betul di lapangan untuk menilai kapasitas bandara. Di Juanda, kita memiliki tantangan-tantangan sehingga memerlukan perbaikan yang sangat signifikan dalam waktu dekat,” terangnya.
Wagub Emil turut menjelaskan, pengoptimalan Bandara Dhoho kemungkinan akan bersamaan dengan Bandara Abdul Rachman Saleh di Malang, Bandara Blimbingsari Banyuwangi, bahkan Bandara Trunojoyo di Sumenep. Hal itu bertujuan untuk menyangga pengalihan penerbangan selama masa perbaikan di Juanda.
Sementara itu, Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub RI Lukman F. Laisa mengatakan bahwa pemerintah pusat akan sepenuhnya mendukung Pemerintah Provinsi Jawa Timur memaksimalkan operasional Dhoho. Pasalnya, bandara di Kediri itu merupakan salah satu yang menjadi fokus Presiden RI Prabowo Subianto.
“Bandara Dhoho ini memang dibuat untuk menampung pesawat-pesawat terberat dan terbesar seperti Boeing 777-300ER dan Airbus A380. Dan di antara bandara-bandara baru seperti Kulonprogo dan Kertajati, ini yang paling indah dan spesifikasinya high class,” tuturnya.
“Mudah-mudahan dengan pertemuan kami hari ini bisa lebih cepat digunakan sebagai bandara internasional,” pungkasnya.
Dirjen Lukman mengatakan, Bandara Juanda berkapasitas 21 juta orang dengan penumpang per tahunnya mencapai 14 juta. Awalnya, jelas Lukman, Surabaya diharapkan dapat meningkatkan kapasitas di atas 50 juta untuk mengantisipasi kebutuhan ke depan.
“Tapi saat evaluasi, ternyata Surabaya hanya bisa ditingkatkan sampai kapasitas 27 penumpang saja. Maka kita butuh bandara baru selain Juanda dan Dhoho. Automatically, entah kapan, kita harus membangun bandara baru untuk mensupport kapasitas yang tentunya akan membesar,” pungkasnya. (ST02)





