SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Matahari baru saja naik di langit Surabaya ketika Dermaga Madura, Koarmada II, mulai dipadati wajah-wajah penuh harap. Suara langkah kaki, tawa anak-anak, dan percakapan lirih mewarnai suasana.
Namun, di antara kebisingan itu, satu hal yang paling terasa adalah getaran rindu. Hari itu, Kamis (20/2), menjadi momen yang ditunggu-tunggu: KRI Diponegoro-365 akhirnya kembali ke tanah air setelah menyelesaikan misi perdamaian PBB di perairan Lebanon.
Di kejauhan, kapal perang TNI AL ini perlahan mendekat. Bendera merah putih berkibar gagah, mencerminkan kebanggaan dan kehormatan para prajurit yang telah berbulan-bulan bertugas di bawah naungan Satuan Tugas Maritime Task Force (MTF) TNI Kontingen Garuda (Konga) XXVIII-O/UNIFIL.
Begitu kapal bersandar, suasana haru tak terhindarkan. Satu per satu prajurit turun, disambut pelukan erat dari keluarga yang telah lama menanti. Beberapa ibu tak kuasa menahan air mata, anak-anak berlari dengan gembira, sementara istri dan suami saling berpegangan tangan, seakan ingin memastikan bahwa pertemuan ini bukan mimpi.
Momen haru ini juga disaksikan oleh Kepala Staf Koarmada II (Kaskoarmada II) Laksma TNI Isswarto, yang mewakili Panglima Komando Armada II (Pangkoarmada II) Laksda TNI Ariantyo Condrowibowo. Dalam sambutannya, ia menyampaikan apresiasi atas dedikasi dan keberhasilan KRI Diponegoro-365 dalam menjalankan tugas negara di perairan internasional.


Di bawah komando Letkol Laut (P) Wirastyo Haprabu, KRI Diponegoro-365 telah mengukir sejarah sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian dunia. Keberhasilan ini bukan hanya kebanggaan bagi TNI AL, tetapi juga bagi seluruh rakyat Indonesia.
Saat matahari semakin tinggi, suasana di dermaga tetap dipenuhi gelak tawa dan obrolan penuh kehangatan. Hari itu, bukan sekadar kepulangan sebuah kapal perang, tetapi juga kembalinya putra-putra bangsa yang telah mengemban tugas mulia. Dan bagi mereka yang menunggu di rumah, hari ini adalah akhir dari penantian panjang yang terbayar dengan pelukan dan kebahagiaan yang tak ternilai. (ST03)





