SURABAYATODAY.ID, BANJARAN – Dedikasi Irjen Pol (purn) H Anton Charlian untuk memberikan nilai lebih pada negeri ini patut diacungi jempol. Setelah persiun dari korps Bhayangkara, kini ia membembangkan pondok pesantren. Tujuannya membangun moral dan mental generasi muda.
Pada pertenganan Mei 2022 lalu, pria yang akrab disapa Abah Anton Charliyan ini meresmikan pondok pesantren yang kharaktristik. Disebut kharismatik karena mantan Kapolda Jabar dan Sulsel ini meresmikan pondok pesantren yang sangat khas dan unik. Yakni Pesantren Mukhul Ibadah Kadaun Seureuh seluas 2 hektare, berlokasi di Banjaran, Bandung.
“Kami mohon dukungan penuh dari semua pihak, terutama tokoh agama, tokoh politik, para pengusaha, cendikiawan, khususnya dari aparatur pemerintah, agar ikut memikirkan dan berbuat demi NKRI dan merah putih,” kata Anton.
Lantas kenapa dikatakan sangat Khas? Karena mulai dari model bangunan, kurikulum, tata cara berpakaian serta adat dan tradisinya lebih khusus dengan konsel, yakni mensinergikan antara nilai-nilai religius Islami, budaya dan nasionalalis, cinta tanah air.
Sebagai contoh, Anton menjabarkan, mulai dari bangunan pesantren terlihat perpaduan antara gaya mesjid Nabawi (Madina) dengan model masjid Cipta Rasa Cirebon peninggalan Syech Sunan Syarif Hidayatullah atau Masjid Sunan Kudus yang berbentuk gerbang candi dengan rumah-rumah panggung adat nusantara.
Pakaian santrinya juga memakai iket dan pangsi. “Serta di lingkungan pesantren terlihat simbol-simbul merah putih mewarnai lingkungan ponpes,” terangnya.
Anton Charliyan juga mengatakan bahwa berdirinya pesantren ini merupakan salah satu solusi untuk bisa berkontribusi dalam rangka memecahkan persoalan bangsa. Di mana saat ini nilai-nilai budaya dan nasionalis sedang dibenturkan dengan pemaham nilai-nilai agamis yang salah kaprah.
“Sehingga menyebabkan masyarakat menjadi resah, bingung dan terpecah belah, dikhawatirkan akan mengarah pada disintegrasi bangsa,” tambahnya.


Maka dengan lahirnya model pesantren yang lebih konsen mengkhususkan diri kearahan kurikulum pembelajaran nilai budaya dan nasionalis sebagai penguat utama nilai religius keagamaan, diungkapkannya, merupakan langkah cerdas dari para ulama, kiai, ustad, habaib dan tokoh agama yang masih berjiwa nasionalis Hizbul Waton Minal Iman. Para pemimpin diharapkan ikut membentengi bangsa dan negara dari kepentingan-kepentingan politik, yang sering menjual agama untuk membodohi masyarakat awam.
Di sisi lain, pesantren model ini mungkin yang peratama kali berdiri di Jawa Barat, bahkan tidak menutup kemungkinan yg pertama di Indonesia. Abah Anton berharap dengan berdirinya pesantren model ini akan bisa diikuti oleh para pemimpin agaram Islam untuk membangun sebanyak-sebanyaknya ponpes serupa. Tujuannya, sama yakni ikut menjaga NKRI dengan nyata.
Sementara itu, Habib Haidar Alwi, tokoh anti Intoleransi mengatakan, model pesantren seperti ini harus jadi cikal bakal ponpes berbasis budaya, dan harus dikembangkan di seluruh penjuru tanah air untuk menyelamatkan NKRI dari pengaruh intoleransi dan radicalisme.
“Ini tugas kita semua untuk menjaga kerukunan dalam beragama. Untuk itu keberadaan model pompes yang seperti ini sangat dibutuhkan di tanah air kita,” katanya. (ST01)





