SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Ketua Dekranasda Jatim Arumi Bachsin mengatakan bahwa tantangan yang dihadapi industri sekarang ini adalah regenerasi perajin. Mengingat, kebanyakan perajin lebih memilih anak-anaknya bekerja kantoran.
“Ini paradigma yang salah. Justru sekarang yang penting itu adalah kreativitas. Mengingat hampir semua tugas kantoran sekarang sudah bisa digantikan oleh software,” ucapnya.
Hal ini disampaikannya saat menghadiri pameran Batik Bordir dan Aksesoris Fair 2022 dan Syukuran HUT Dekranasda ke-42. Kegiatan ini diselenggarakan PT. DEBINDO MITRA TAMA serta Dekranasda Jatim di Atrium Mall Grand City, Jalan Walikota Mustajab Surabaya,
Arumi mengatakan, industri kerajinan merupakan bidang profesional yang bersifat dinamis. Di mana, setiap orang harus terus menjadi long life learner yang dapat mengembangkan kapasitas dan harus terus bisa meningkatkan adaptabilitas terhadap tren-tren yang berkembang di Indonesia.
“Maka sebenarnya anak-anak muda bisa dengan bangga terjun di dalam industri ini. Karena sektor ini butuh kreativitas dan pengetahuan akan teknologi untuk pemasaran dan promosi. Jadi saya pikir, anggapan kalau generasi muda tidak bisa jadi perajin sudah tidak relevan lagi,” tutupnya.
Selain itu, Arumi turut menerangkan bahwa sudah sepatutnya industri kerajinan mendapatkan perhatian khusus. Sebab, produk kerajinan adalah penyumbang ekonomi yang sangat penting bagi Jawa Timur.
“Karena Jawa Timur adalah penyumbang terbesar kedua untuk perekonomian di Indonesia, peran dari batik dan aksesoris ini menjadi sangat vital. Maka, kita memang harus memberikan perhatian ekstra ke sektor ini agar perekonomian kita bisa tetap stabil,” tutupnya.
Sebagai informasi, Pameran Batik Bordir dan Aksesoris Fair ini telah dilakukan sejak 2005. Kali ini, acara berlangsung dari tanggal 2-6 Maret 2022 dan diikuti oleh peserta yang mengisi 84 stan.
Sebelumnya, Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak menegaskan bahwa sebenarnya usaha peningkatan nilai dan harkat kerajinan juga ada di pundak masyarakat. Yang mana, mereka harus merasa bangga akan produk-produk lokal.
“Kita berani bayar tinggi buat tas-tas designer, kenapa kemudian kita tidak support produk kita yang jelas eksotis dan exquisite?” katanya.
Ia menjelaskan tugas Dekranasda di sini harus mengincar segmen yang tepat agar nilai batik ini meningkat. “Tapi sebagai warga Jatim, kita juga harus menghargai kerajinan-kerajinan ini,” ujarnya. (ST02)





