SURABAYATODAY.ID, BANYUWANGI – Peringatan Hari Aksara Internasional ke-56 Tingkat Provinsi Jawa Timur Tahun 2021 diselenggarakan di Ballroom Hotel el Royale, Kabupaten Banyuwangi. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa menjelaskan, peringatan kali ini diharapkan dapat menjadi solusi dari permasalahan yang berkaitan dengan keaksaraan dan keliterasian di Jatim.
Selain keterampilan literasi digital, masyarakat penting untuk memahami empat pilar kurikulum. Yaitu digital safety, digital skills, digital ethics, dan digital culture.
“Masih banyak masyarakat yang menggunakan teknologi, tetapi tidak memanfaatkannya secara maksimal. Inilah yang memerlukan literasi digital termasuk menerapkan empat pilar kurikulum literasi digital,” terang Khofifah.
Menurutnya, Indonesia termasuk Jawa Timur memerlukan etika digital (digital ethics) serta adanya kultur digital. Ini penting, sebab digitalisasi ini mampu mempercepat berbagai layanan termasuk saat masa pandemi, serta bisa mewujudkan satu data Indonesia.
Selanjutnya untuk menjaga rasa aman dalam teknologi digital Khofifah berharap digital ethics ini diterapkan dalam penggunaan teknologi digital dalam era seperti saat ini. “Masyarakat sipil perlu melakukan sinkronisasi untuk menjadikan digital ethics sebagai referensi dalam menggunakan teknologi digital,” kata Khofifah.
Selanjutnya, Khofifah menambahkan, keterampilan lain yang harus dimiliki adalah tersebut literasi dasar, kompetensi dan karakter. Literasi dasar meliputi 6 komponen yaitu literasi baca tulis, literasi berhitung, literasi sains, literasi teknologi informasi, literasi keuangan, dan literasi budaya dan kewarganegaraan.
“Dengan menguasai keterampilan dan literasi dasar maupun digital, masyarakat diharapkan mampu mengimbangi laju perubahan abad 21,” tegas Khofifah.
Menurut Khofifah, banyak program yang telah dilakukan oleh pemerintah dan pemerintah daerah dalam menggalakkan program literasi secara masif. Di antaranya gerakan membaca, gerakan literasi sekolah, gerakan literasi keluarga, dan gerakan literasi masyarakat yang secara aktif memberikan kontribusi positif bagi masyarakat.
“Semua kalangan baik individu atau kelompok banyak yang secara sukarela menjadi relawan penggiat literasi,” jelas gubernur perempuan pertama di Jatim itu.
Selain itu, penguatan budaya membaca dilakukan dari segala jalur antara lain jalur keluarga, jalur pendidikan, jalur perpustakaan, jalur masyarakat dan jalur pemerintah. Terutama pada masa pandemi Covid-19 seperti sekarang. Keluarga dapat mendukung kegiatan literasi sekolah dengan membuat kesepakatan tentang jam menonton TV bagi anak di rumah dan membangun kebiasaan membaca bersama.
Sementara dari sisi masyarakat, gerakan literasi dilakukan untuk menumbuhkan dan meningkatkan budaya membaca masyarakat diantaranya dengan mendorong para guru di sekolah untuk menekankan pentingnya membaca buku setiap bulan.
“Minimal satu buku dalam satu bulan. Lalu meningkatkan ketersediaan buku di perpustakaan dan memperbanyak taman bacaan masyarakat, meningkatkan promosi dan sosialisasi gerakan gemar membaca, memberikan apresiasi kepada kelompok atau profesional yang gemar membaca, menyediakan buku-buku bacaan yang murah dan berkualitas melalui pameran buku,” paparnya.
Dalam memahami literasi tersebut harus tetap mengaplikasikan kearifan lokal dalam setiap program yang dilaksanakan.
“Mengikuti dan mengimbangi laju perubahan dan percepatan yang terjadi saat itu adalah suatu keharusan, tetapi perlu diingat untuk tidak melupakan kearifan lokal yang kita miliki, karena itu adalah bagian dari identitas kita,” tegasnya. (ST02)





