SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Untuk mencegah dan meminimalisir penyalahgunaan obat terlarang, khususnya narkoba, Komisi D DPRD Kota Surabaya mendorong Pemkot Surabaya melakukan screening rutin di wilayah-wilayah yang berpotensi rawan narkotika.
Dorongan ini disampaikan dalam rapat koordinasi Komisi D bersama sejumlah dinas dan para camat terkait perlindungan anak dan keluarga dari bahaya narkoba. Ketua Komisi D, dr. Akmarawita Kadir, menyoroti kembali kasus viral terkait 15 siswa SMP yang terpapar narkoba. Menurutnya, kejadian tersebut menjadi pengingat bahwa koordinasi antarinstansi harus diperkuat melalui tim P4GN (Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkotika) Kota Surabaya.
“Kita menguatkan kembali koordinasi tim P4GN agar hal seperti itu tidak terulang. Screening di seluruh SD dan SMP perlu diperkuat, dan ketua harian tim P4GN adalah Kepala Bakesbangpol Surabaya,” ujar dr. Akma, sapaan akrabnya.
Ia menjelaskan bahwa anggaran daerah untuk upaya pencegahan sebenarnya cukup besar dan tersebar di berbagai program. “Anggaran untuk preventif itu banyak. Di Karang Taruna ada Rp47 miliar, di DP3AKB juga ada, di Dinas Sosial ada, bahkan di Dinas Pendidikan juga memiliki anggaran terkait,” terang Ketua DPD Golkar Surabaya tersebut.
Meski tidak semuanya spesifik diarahkan untuk program antinarkoba, anggaran-anggaran itu menurutnya dapat disubkan atau dialihkan untuk mendukung kegiatan pencegahan, termasuk penguatan keluarga dan perlindungan anak.
Karena itu, di akhir rapat Komisi D meminta Bakesbangpol Surabaya bersama BNN Kota Surabaya menyusun SOP atau protap penanganan preventif. “Protap ini penting sebagai pedoman pencegahan bagi seluruh warga, khususnya anak dan keluarga di Kota Surabaya,” tambahnya.
Terkait sosialisasi bahaya narkoba, Akmarawita menilai kegiatan tersebut sudah cukup masif. Namun ia menekankan bahwa sosialisasi saja tidak cukup, melainkan perlu program nyata yang lebih kreatif. “Tadi ada masukan dari Kepala Bakesbangpol Pak Tundjung bahwa program seni budaya dan kegiatan kreatif lainnya bisa menjadi media pencegahan. Ini harus dimanfaatkan,” ujarnya.
Ia juga kembali menyinggung pentingnya screening rutin yang dilakukan secara acak, menyesuaikan wilayah berdasarkan kategori risiko: merah, kuning, dan hijau. “Screening tidak harus serentak seluruh kota karena anggarannya terbatas. Tapi bisa diacak, termasuk di wilayah yang selama ini hijau agar tidak kecolongan menjadi daerah merah,” jelasnya.
Menurut dr. Akmarawita, screening berkala merupakan langkah strategis untuk memantau dan mencegah penyebaran narkoba di wilayah yang dianggap rawan.
“Intinya, screening rutin ini untuk memastikan wilayah mana yang masih masuk kategori merah dan segera dilakukan tindakan pencegahan,” pungkasnya. (ST01)





