SURABAYATODAY.ID, SURABAYA –Risiko dalam proyek peningkatan kualitas kerap menimbulkan inefisiensi hingga pemborosan biaya. Menjawab persoalan tersebut, peneliti dari Departemen Teknik Sistem dan Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Dr Wiwik Sulistiyowati ST MT menghadirkan kerangka kerja manajemen risiko yang inovatif untuk meminimalisir kegagalan sekaligus meningkatkan mutu proyek.
Dalam disertasi kelulusannya, Wiwik menjelaskan bahwa setiap proyek peningkatan kualitas di sektor industri memiliki potensi risiko kegagalan. Hal ini bisa memicu pemborosan biaya, inefisiensi, hingga menurunnya kepuasan konsumen. Menurutnya, selain dengan metode teknis, perbaikan kualitas juga harus disertai manajemen risiko yang terstruktur. “Dengan pengelolaan risiko yang tepat, proyek peningkatan kualitas bisa lebih terarah, efisien, dan memberikan hasil maksimal,” ungkapnya.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Wiwik merancang kerangka kerja (framework) yang memadukan berbagai pendekatan. Antara lain standar ISO 31000, siklus manajemen POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controlling), dan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control). Kerangka ini juga dilengkapi analisis Structural Equation Modeling–Partial Least Square (SEM-PLS) dan Importance-Performance Analysis (IPA) untuk mengidentifikasi faktor-faktor kritis keberhasilan proyek.
Kerangka integratif ini tidak hanya sebatas konsep teoritis, tetapi juga siap diterapkan dalam dunia industri. Pendekatan tersebut membantu perusahaan mengurangi risiko kegagalan, mempercepat proses perbaikan, sekaligus meningkatkan kepuasan pelanggan. “Framework ini bisa digunakan tidak hanya pada sektor manufaktur, tetapi juga pada industri jasa yang membutuhkan peningkatan kualitas berkelanjutan,” tambah perempuan asal Sidoarjo itu.
Penelitian yang diusung Wiwik turut mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin ke-9 tentang pembangunan industri, inovasi, dan infrastruktur. Dengan adanya kerangka ini, industri nasional diharapkan mampu meningkatkan daya saing di tengah persaingan global sekaligus memperkuat efisiensi berkelanjutan.
Menutup disertasinya, Wiwik menegaskan bahwa capaian akademik ini menjadi awal untuk membuka ruang kontribusi lebih luas di berbagai bidang riset. Ia berharap framework ini dapat menjadi solusi nyata bagi industri maupun pendidikan, sekaligus dasar untuk pengembangan penelitian yang lebih komprehensif. “Ke depan, saya berharap penelitian ini bisa dikembangkan lebih lanjut dengan melibatkan aspek sosial dan ekonomi,” pungkasnya penuh harap. (ST05)