SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi meresmikan Langgar Gipo (Musala Bani Gipo) di Jalan Kalimas Udik 1/51, Surabaya sebagai Cagar Budaya dan destinasi wisata Kota Lama, Sabtu, (15/6). Sebelumnya, penetapan cagar budaya itu sudah tertuang dengan SK Wali Kota Surabaya No 188.45/63/436.1.2/2021 tanggal 21 Februari 2021 lalu.
Langgar dua lantai dengan luas 209 meter persegi tersebut, merupakan saksi sejarah pergerakan ulama Nahdlatul Ulama (NU), yakni KH Hasan Gipo, Ketua Umum PBNU pertama. Di langgar tersebut para santri digembleng sebelum berangkat melawan penjajah dan tempat para ulama merumuskan strategi.
Eri Cahyadi mengatakan, Langgar Gipo adalah tempat bersejarah untuk penggemblengan para santri di masa penjajahan, juga tempat bertemunya para ulama. Ia ingin sejarah dari langgar ini diketahui oleh anak-anak muda, seperti milenial dan Gen Z.
“Saya ingin anak cucu saya kelak atau anak-anak Surabaya, Gen Z dan milenial boleh terus maju tapi jangan melupakan sejarahnya. Sehingga, hari ini saya tetapkan Langgar Gipo menjadi cagar budaya dan lantai duanya menjadi museum,” katanya.
Guna mengenalkan wisata religi bersejarah kepada para pelajar, Eri Cahyadi memastikan mempromosikannya. Tujuannya, agar para siswa dan anak muda di Surabaya bisa mengenal sejarah kotanya.
“Nanti InsyaAllah, saya akan mengajak siswa SD dan SMP yang berada di bawah wewenang Pemerintah Kota Surabaya (Pemkot Surabaya) untuk mengunjungi Langgar Gipo sebagai wisata religi.,” paparnya.
Langgar yang dipugar sejak Februari 2024 itu, ungkap dia, dalam pengembangannya sebagai wisata religi bersejarah akan melibatkan pihak keluarga keturunan Sagipoddin (pendiri Langgar Gipo), yang tergabung dalam Yayasan Insan Keturunan Sagipoddin (IKSA).
“Jadi kalau ada yang berkunjung yang akan menjelaskan sejarahnya adalah pihak keluarga. Saya sudah sowan ke keluarga dan warga sekitar untuk menjadikan Langgar Gipo Cagar Budaya dan destinasi wisata,” imbuhnya.
Selain itu, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi juga terus berupaya menambah koleksi benda bersejarah dari pihak keluarga untuk diletakan di museum lantai dua Langgar Gipo.
“Koleksi tambahan dari keluarga nantinya. Kita akan mencari apa yang bisa diletakan di Langgar Gipo, karena ada beberapa koleksi keluarga belum diletakan di sini. Sehingga, ke depan keluarga akan banyak memasukan benda bersejarah dan cerita terkait Langgar Gipo,” jabarnya.
Selain itu juga direncanakan menambah monitor dalam di museum tersebut. Monitor itu akan memuat sejarah berdirinya Langgar Gipo, seperti profile, tokoh-tokoh ulama yang terlibat dan lainnya.
“Kita akan menambah satu monitor di sini (lantai dua Langgar Dipo), di mana kalau monitor itu dinyalakan akan memutar perjuangan Langgar Gipo ini, profile dan cerita bersejarah,” paparnya. (ST01)





