SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Pj Gubernur Jatim Adhy Karyono meninjau stok bahan pangan atau bahan pokok di Pasar Tambahrejo Surabaya dan Pasar Larangan Sidoarjo, Sabtu (17/2). Didampingi Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) RI Fanshurullah Asa, ia berdialog pedagang dan menanyakan update stok harga pangan.
Adapun bahan pangan yang ditinjau diantaranya adalah beras, bawang merah, bawang putih, minyak goreng, cabai rawit, daging sapi, daging ayam serta beberapa bahan pokok lainnya.
Hal serupa juga dilakukan saat meninjau Pasar Larangan Sidoarjo. Pihaknya ingin memastikan bahwa stok bahan pangan di Jatim dalam kondisi aman dan harganya terkendali.
Adhy menyampaikan masyarakat tidak perlu khawatir. Karena setelah dilakukan sidak, dipastikan seluruh stok bahan pokok tersedia. “Hari ini saya senang semua leading sektor melakukan operasi pasar terpadu bersama-sama. Setelah kita sidak, semua stok bahan pokok tersedia dan beberapa harga kita lihat masih normal,” kata Adhy.
Dari peninjauan itu, ia juga menerangkan ada beberapa komoditi yang harganya fluktuatif. Misalnya, beras, bawang putih dan cabai.
“Khusus Cabe rawit musim hujan ada persoalan memanage stok agar bisa digunakan dan tahan lama. Ini yang sedang kita upayakan untuk mengatur semua,” katanya.
Meski demikian, Adhy memastikan harga tersebut adalah yang terendah di pulau Jawa. Berdasarkan data dari badan Pangan Nasional (Bapanas) per 16 Februari 2024, harga beras medium di Jatim sebesar Rp 12.980 per kg. Harga di Jatim ini diketahui adalah yang paling rendah dibandingkan provinsi lain seperti DKI Jakarta Rp 13.630/Kg, Jawa Barat : Rp 14.890/Kg, Jawa Tengah Rp 14.930/Kg, DIY Rp 14.480/Kg, dan Banten Rp 13.890/Kg.
Sedangkan harga beras premium di Jawa Timur sebesar Rp 15.430/Kg. Harga di Jatim ini juga paling terendah jika dibandingkan dengan provinsi lain seperti DKI Jakarta yakni Rp 13.630/Kg, Jawa Barat sebesar Rp 14.890/Kg, Jawa Tengah Rp. 14.930/Kg dan DIY Rp 14.480/Kg.
“Kalau kita mau bandingkan, harga kita adalah yang paling terendah se-pulau Jawa. Tentu ini kita apresiasi kerja keras semua kepala daerah yang selalu melakukan operasi pasar seperti ini,” terangnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, kenaikan harga beras dipicu oleh menurunnya produksi beras pada bulan Januari sebesar 185.871 ton dan perkiraan produksi bulan Februari sebesar 389.472 ton.
Hal ini mengakibatkan Harga Gabah Kering panen di tingkat petani sebesar Rp 7.410/Kg yang lebih tinggi 48,2% dibandingkan harga acuan yang ditetapkan pemerintah yang sebesar Rp 5.000/Kg.
“Kondisi tersebut mengakibatkan kenaikan harga beras di tingkat konsumen. Akhirnya pedagang menaikkan harga sesuai dengan harga beras yang dibeli dari distributor maupun agen. Ini yang akan kita cari bersama untuk mengatur strategi dan memberikan intervensi kepada distributor maupun agen,” jelasnya.
Memenuhi kebutuhan beras, lanjut Adhy, Pemprov Jatim bersama Bulog telah memberikan bantuan sosial beras kepada distributor untuk memasok kebutuhan semua pasar sehingga kebutuhan beras dan harganya cukup.
“Bulog telah meningkatkan cadangan beras pemerintah baik melalui realisasi impor maupun penyerapan beras komersial dari petani melalui mitra Bulog yang ada di kabupaten kota di Jatim,” ujarnya.
“Selain itu, Beras komersial Bulog didistribusikan baik ke pasar rakyat maupun retail modern. Saat ini Bulog telah mengisi pasokan beras di retail modern,” tambahnya.
Di akhir, Pj Gubernur Adhy Karyono menegaskan pemerintah daerah dan para pihak terkait akan terus memantau
perkembangan harga beras secara intensif dan real time. Jika sewaktu-
waktu ada ketidakwajaran harga yang berarti, akan segera mengambil
langkah-langkah intervensi konstruktif agar harga kembali stabil.
“Seperti pasar murah, subsidi transportasi, sampai dengan penindakan jika terdapat pelanggaran pasar,” pungkasnya. (ST02)