SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Ketua Pemuda Muhammadiyah Kota Surabaya, Alfianur Rizal Ramadhani angkat bicara soal rompi jeans biru yang dikenakan oleh Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi pada saat pengukuhan Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah pada (2/2) lalu. Pasca pengukuhan tersebut, muncul berbagai isu yang mengaitkan rompi tersebut dengan nuansa politik.
Ia mengatakan, rompi itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan unsur politik. “Tidak ada sama sekali (dengan politik) saya rasa, karena (warnanya) identik dengan anak muda itu saja. Berbahan jeans. Jadi tidak ada sangkut pautnya dengan iklim politik hari ini, dan tidak ada tarikan dari manapun. Hanya karena stylish saja,” kata Alfianur, Selasa (6/2).
Ia menjelaskan, rompi yang diberikan kepada Wali Kota Eri juga tidak ada simbol-simbol politik. Secara rinci, ia memaparkan, di bagian depan rompi sebelah kanan terdapat tulisan nama Eri Cahyadi, dan di atasnya ada badge bendera merah putih.
Sedangkan di bagian sebelah kirinya, ada badge (logo) bertuliskan ‘Pemuda Muhammadiyah’ warna merah melingkar. Lalu pada sisi bawahnya juga terdapat tulisan Pemuda Muhammadiyah Kota Surabaya.
“Kemudian di bagian belakangnya ada logo Kokam (Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah) jadi, ini adalah pasukan keamanan dari Muhammadiyah maupun organisasi otonom Muhammadiyah,” jelasnya.
Dia menegaskan, jika ada pemberitaan yang mengaitkan rompi tersebut dengan politik, adalah tidak benar. Rompi itu diberikan sebagai tanda penghargaan, karena saat itu ia dinobatkan sebagai Dewan Kehormatan Pemuda Muhammadiyah Kota Surabaya.
Ia menambahkan, alasan rompi penghargaan itu diberikan karena semangat Eri mengajak anak muda dalam pembangunan Kota Surabaya. Selain itu juga karena kereligiusannya sehingga dipilih oleh Pemuda Muhammadiyah Surabaya sebagai dewan kehormatan.
“Dari sudut pandang Pemuda Muhammadiyah, Pak Wali banyak memberikan masukan-masukan yang amat religius kepada Pemuda Muhammadiyah, untuk bersama-sama membangun Surabaya. Sehingga menurut kami sudah sangat tepat, Pak Wali menjadi Dewan Kehormatan Muhammadiyah Surabaya,” tambahnya.
Di samping itu, Bendahara Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surabaya, Musa Abdullah menyampaikan rasa prihatin atas isu soal rompi biru yang dipakai oleh Wali Kota Eri, sebagai simbol politik. Musa menilai, pemberitaan itu tidak tepat dengan situasi iklim politik saat ini.
“Padahal kami di Muhammadiyah, sangat ingin membangun iklim perpolitikan pemilu yang damai, pemilu yang sejuk, dan pemilu yang santun. Pemuda Muhammadiyah sangat tidak sepakat dengan isu tersebut, karena memang tidak ada hubungannya, sebab Muhammadiyah sesuai dengan fatsun politiknya adalah politik yang untuk semuanya pasangan calon, dan semua pasangan politik,” tuturnya. (ST01)





