SURABAYATODAY.ID, MOJOKERTO – Ketua Forum Peningkatan Konsumsi Ikan (Forikan) Provinsi Jawa Timur Arumi Bachsin mengajak para santri di Pondok Pesantren Al-Nawawiy Mojokerto makan ikan bersama, Selasa (7/11). Bertempat di halaman Ponpes, gelaran makan ikan bersama tersebut diikuti oleh kurang lebih 300 santri dari jenjang SMP dan SMA.
Menurut Arumi, ikan sangat penting bagi perkembangan dan kecerdasan otak anak. Karena ikan mengadung omega-3 yang berfungsi untuk meningkatkan daya ingat dan kemampuan kognitif.
“Ikan bagus untuk otak, kandungan omega-3 dalam ikan mampu meningkatkan daya ingat. Jadi untuk para santri, cocok buat hafalan Alquran,” katanya.
Selain meningkatkan kemampuan kogitif, lanjut Arumi, ikan juga mampu mencegah terjadinya stunting. Kandungan asam amino, vitamin, zinc, zat besi dan asam folat dalam ikan dinilai sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya stunting.
“Perlu diingat stunting itu bukan hanya terjadi sejak bayinya lahir, tapi karena ibunya juga kekurangan gizi saat mengandung. Sehingga membuat anak dalam kandungan juga kekurangan gizi, sehingga akhirnya mengakibatkan stunting,” terang dia.
“Jadi saya berharap untuk mulai biasakan makan ikan. Tidak ada hari esok dimulainnya harus dari sekarang,” tambahnya.
Kegiatan makan ikan bersama para santri hari ini, kata Arumi, juga merupakan optimalisasi dari program kerja Forikan Jawa Timur dalam upaya peningkatan konsumsi ikan. Saat ini lanjutnya, angka konsumsi ikan di Jatim terus mengalami kenaikan. Tahun 2022 misalnya, konsumsi ikan Jatim mencapai 45 kilogram per kapita per tahun. Atau lebih tinggi dibandingkan tahun 2021 yakni 42,45 kilogram per kapita per tahun.
“Saya ingin angka itu bisa lebih. Jadi dengan kegiatan ini diharapkan ada peningkatan konsumsi ikan di masyarakat khususnya generasi-generasi penerus bangsa, usia sekolah ini, dapat gemar makan ikan,” katanya
Lebih lanjut Arumi menjelaskan, letak geografis menjadi alasan Mojokerto dipilih sebagai lokasi pelaksanaan program peningkatan konsumsi ikan. “Karena ikan itu identik dengan sungai dan laut. Mojokerto tidak memiliki laut. Kita melihat ada risiko, ikan menjadi minoritas di sini. Maka kota inilah yang kita pilih,” katanya (ST02)





