• Redaksi
  • Contact
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
Sabtu, 6 Desember 2025
-18 °c
  • Login
Surabaya Today
  • Home
  • Peristiwa
  • Politik & Pemerintahan
  • Hukum & Kriminal
  • Ekbis
  • Serba Serbi
    • Olahraga
    • Sosbud
  • Daerah
  • Advertorial
  • Indeks
No Result
View All Result
  • Home
  • Peristiwa
  • Politik & Pemerintahan
  • Hukum & Kriminal
  • Ekbis
  • Serba Serbi
    • Olahraga
    • Sosbud
  • Daerah
  • Advertorial
  • Indeks
No Result
View All Result
Surabaya Today
No Result
View All Result
Home Headlines

Wisata Heritage Surabaya, Peninggalan Masa Lalu Itu Miliki Potensi Menjanjikan di Masa Depan

by Redaksi
Senin, 30 Oktober 2023
Salah satu bangunan yang berada di Jalan Karet yang berbatasan dengan Jalan Kembang Jepun dan jembatan merah. Kawasan ini akan dijadikan Pemkot Surabaya sebagai wisata heritage.

Salah satu bangunan yang berada di Jalan Karet yang berbatasan dengan Jalan Kembang Jepun dan jembatan merah. Kawasan ini akan dijadikan Pemkot Surabaya sebagai wisata heritage.

Surabaya bukan kota yang memiliki potensi wisata alam, seperti Malang Raya (Kabupaten Malang, Kota Malang dan Kota Batu). Namun dengan julukan Kota Pahlawan, Surabaya memiliki kawasan heritage yang sangat berpotensi menjadi wisata.

 

SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Di ibu kota Jawa Timur ini, banyak bangunan bersejarah. Gedung-gedung peninggalan masa lalu itu sudah banyak berubah peruntukkannya, tetapi arsitekturnya tetap memiliki ciri khas bangunan kuno.

Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya pun telah melihat hal ini sebagai potensi. Tidak sekadar sebagai nostalgia tentang masa lalu, namun memiliki potensi menjanjikan sebagai wisata heritage, sekaligus untuk menumbuhkan perekonomian di masa depan.

Hal itu juga menjadi bagian mengidentifikasi, melindungi, serta menjaga warisan budaya yang berwujud maupun tidak berwujud. Bahwa peninggalan masa lalu itu akan menjadi warisan turun temurun, dari generasi ke generasi.

Apalagi, data dari United Nations World Tourism Organization (UNWTO) pada tahun 2005 menyebutkan bahwa kunjungan ke objek wisata warisan budaya dan sejarah adalah kegiatan wisata tercepat pertumbuhannya.

“Saya ingin kawasan heritage ini didesain menjadi wisata kota tua yang terintegrasi. Jika sektor pariwisatanya hidup, otomatis perekonomian akan tumbuh,” ungkap Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi.

Bukan tanpa alasan Eri menyatakan hal ini. Kata “terintegrasi” yang dimaksudkan karena wisata heritage yang sudah dikerjakan dan beberapa program lain yang sedang dikonsep adalah memiliki konektivitas alias saling terhubung.

Ambillah contoh Kya-Kya Kembang Jepun. Di wilayah Surabaya Utara yang identik dengan sebutan kota lama ini, berderet bangunan kuno yang tetap mempertahankan ciri khas gedung lawas peninggalan kolonial Belanda.

Nah, kawasan Kya-Kya ini jalurnya terkoneksi dengan bangunan-bangunan bersejarah lain. Misalnya, Jembatan Merah, Pasar Pabean, penjara Kalisosok, Tugu Pahlawan, dan Wisata Religi Ampel.

Pemkot Surabaya sudah membangun wisata Kalimas. Melalui jalur sungai ini, bisa mengintegrasikan kawasan wisata heritage di Surabaya.

Bahkan, jika ditarik melalui jalur air (Kalimas), kawasan ini juga terhubung dengan wilayah Peneleh yang terdapat rumah lahir Bung Karno, dan ada pula gedung Negara Grahadi. Atau, jika dikoneksikan dengan wisata terkini, Kya-Kya ini juga ‘nyambung’ dengan Monumen Kapal Selam (Monkasel), Alun-Alun Surabaya, Museum Pendidikan dan Tunjungan Romansa.

“Dengan saling terintegrasi itu akan membuat wisatawan memiliki banyak pilihan,” terang Eri Cahyadi.

Upaya mengoneksikan kawasan ini pun sudah dikerjakan. Untuk jalur darat, sejak 3 September tahun 2019 lalu, Pemkot Surabaya memiliki Surabaya Heritage Track (SHT) atau kini Surabaya Shooping and Culinary Track (SSCT). Dalam sekali trip, wisatawan diajak berkeliling ke beberapa destinasi. Misalnya, Kampung Lawas Maspati, Tugu Pahlawan, Menara Syahbandar, Pasar Pabean, kawasan Ampel, Kampung Peneleh, Kampung Ketandan, Kampung Keraton Bubutan, dan Museum House Of Sampoerna.

Kemudian lewat jalur air, juga telah diluncurkan wisata Kalimas. Start di Monkasel, wisatawan bisa mengunjungi Museum Pendidikan, Kampung Peneleh dan Tunjungan Romansa. Sebab, di setiap titik destinasi itu sudah dibangunkan dermaga, termasuk dihiasi lampion untuk mempercantik Kalimas.

Khusus di Kampung Peneleh, bahkan wisatawan bisa menikmati sentra UMKM Peneleh Riverside, di Jalan Achmad Jais. Spot ini menawarkan pengalaman kuliner baru dengan konsep di tepi Kalimas. Ada pula Kopi Dermaga, yakni ngopi berada di area dermaga Wisata Peneleh.

Wisata Kalimas ini rencananya akan diperpanjang rutenya hingga ke Jembatan Merah atau Kya-Kya. “Jadi, wisatawan bisa milih. Mau jalur darat silakan, lewat Kalimas pun pemandangannya bagus,” papar mantan kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya ini.

PENELEH DAN RUMAH LAHIR BUNG KARNO

Peresmian rumah lahir Bung Karno di Jalan Pandean IV nomor 40 sebagai destinasi wisata heritage pada 6 Mei 2023 lalu.

Pada 6 Mei 2023 lalu telah diresmikan destinasi wisata heritage rumah lahir Bung Karno, tepatnya di Jalan Pandean IV nomor 40. Eri Cahyadi mengatakan sejarah Surabaya tidak bisa dilepaskan dari presiden RI pertama itu.

“Bung Karno dan Surabaya tidak bisa dipisahkan, seperti dua sisi mata uang,” ujar Eri Cahyadi.

Karena itu, konsep lain yang sedang dikerjakan Pemkot Surabaya adalah menciptakan wisata kebangsaan. Eri menuturkan rumah lahir Bung Karno tidak bisa dipisahkan dengan kediaman HOS Tjokroaminoto di Jalan Peneleh Gang VII nomor 29-31.

Sejarah menuliskan, Bung Karno pernah tinggal di rumah kos milik HOS Tjokroaminoto ini pada awal abad ke-20. Bahkan bukan hanya tinggal, sang Proklamator ini juga menjadikan rumah HOS Tjokroaminoto sebagai tempat belajar dan membentuk pemikiran nasionalismenya.

BACA JUGA:  Bakti Sosial Pelayanan Terintegrasi Kembali Digelar Serentak di 31 Kecamatan 

Tak hanya itu, ada pula Sumur Jobong, Langgar Dukur, dan rumah Roeslan Abdulgani. “Makanya akan kita bentuk (wisata kebangsaan) di kawasan Peneleh ini,” ujarnya.

Secara terpisah, dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga, Kukuh Yudha Karnanta menaruh harapan besar dengan dibukanya rumah lahir Bung Karno ini. Ia mendukung kawasan ini dijadikan paket wisata sejarah yang terintegrasi.

Menurutnya, di kawasan Peneleh banyak terdapat spot menarik. Selain rumah lahir Bung Karno dan rumah HOS Tjokroaminoto, ada juga bangunan Hollands Indische School (HIS) yang beroperasi dari tahun 1921 hingga 1928 yang kini menjadi SDN Alun-Alun Contong 1.

“Bangunan SDN Alun-Alun Contong 1 berada di Jalan Sulung, tak jauh kawasan tersebut. Bisa terintegrasi menjadi paket wisata,” tutur Kukuh Yudha Karnanta.

Sekadar diketahui, SDN Alun-Alun Contong 1 adalah tempat Raden Soekemi Sosrodihardjo, bapak Bung Karno pernah mengajar. “Dengan menjadikan SDN ini sebagai destinasi, akan memperkaya wisata heritage di Kota Pahlawan, sekaligus memperkuat Bung Karno sebagai Arek Suroboyo,” tegas dia.

KYA-KYA REBORN, KAMPUNG PECINAN DAN KAMPUNG ARAB

Pintu gerbang Jalan Kembang Jepun Surabaya yang dikenal sebagai Kya-Kya Kembang Jepun. Pemkot Surabaya menghidupkan kembali kawasan ini sebagai tempat wisata dengan program Kya-Kya Reborn.

Membahas Kya-Kya Reborn, Kampung Pecinan dan Kampung Arab, tidak bisa dilepaskan dari Kembang Jepun (dulu bernama Handelstraat, handel berarti perdagangan, straat adalah jalan). Menilik sejarahnya, di era Kerajaan Sriwijaya, Kembang Jepun ini pun sudah dijadikan kawasan niaga. Hal ini pun tetap berlanjut pada era penjajahan Belanda.

Lokasi Kembang Jepun yang dilintasi Kalimas adalah alasan kawasan ini dijadikan menjadi titik pernaigaan/perdagangan di Surabaya. Apalagi, Kembang Jepun juga dekat dengan Pelabuhan Tanjung Perak.

Namun di penjajahan Belanda, Kembang Jepun ini sekaligus dijadikan batas pemisah penduduk. Penduduk Belanda berdiam di bagian barat Kalimas, Tionghoa di selatan Kalimas dan Melayu dan Arab di sisi utara.

Barulah di era penjajahan Jepang, Handelstraat berubah menjadi Kembang Jepun. Kembang artinya bunga (wanita), Jepun berarti Jepang.

Menilik sejarah itu, Pemkot Surabaya mengkonsep nostalgia masa lalu itu menjadi wisata. Setelah meluncurkan Kya-Kya Reborn, kini sedang direalisasikan menghidupkan Kampung Pecinan dan Kampung Arab sebagai destinasi wisata.

Bahkan meski Kya-Kya Reborn sudah dijalankan sejak September 2022 lalu, Pemkot Surabaya pun terus melakukan penyempurnaan. Salah satunya dengan menggandeng Konsul Jenderal Republik Rakyat Tiongkok di Surabaya Xu Yong.

Saat bertamu ke Balai Kota Surabaya dan diterima Eri Cahyadi, Eri meminta Xu Yong melihat dan menyempurnakan Kya-Kya dan Kampung Pecinan.

Xu Yong meyakini kerjasama Surabaya-Tiongkok bisa ditingkatkan. “Atas dukungan Pak Wali (Eri Cahyadi), kerjasama akan terus berkembang dan semakin meningkat,” kata Xu Yong.

Langkah lain, Pemkot Surabaya juga telah mengajak para pengusaha Kembang Jepun berdiskusi dan berkolaborasi bareng meramaikan Kampung Pecinan. Melalui pertemuan yang digelar di ruang sidang wali kota pada 11 Oktober 2023 lalu, Eri mengajak para pengusaha meramaikan Kya-Kya sebagai destinasi wisata.

“Kya-Kya biar bergerak (tumbuh) seperti Tunjungan (Tunjungan Romansa). Ramai. Kita juga akan pasang lampu-lampu di sana yang identik seperti di China,” ungkap Wali Kota Eri pada pertemuan itu.

Untuk semakin menguatkan identitas Kampung Pecinan, nantinya setiap pemilik usaha akan memasang papan nama toko dengan bahasa Mandarin dan Indonesia. Tak hanya itu, para pemilik usaha di Kampung Pecinan dikonsep bisa buka atau operasional sampai malam. “Maka akan hidup, seperti di Jalan Tunjungan,” imbuhnya.

Arsitektur gerbang Kya-Kya Kembang Jepun yang sudah sangat identik dengan Kampung Pecinan.

Untuk Kampung Arab, Kabid Bangunan Gedung Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman serta Pertanahan (DPRKPP) Surabaya Iman Krestian Mahardono mengatakan lokasi kampung ini berada di Wisata Religi Sunan Ampel. Tahun lalu pemkot sudah membenahi jalur pedestrian.

“Di wilayah Ampel juga akan ditambahi beberapa fasilitas pendukung. Mulai museum, convention hall, pusat pendidikan Islam dan hotel,” katanya.

Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Surabaya, Dr Retno Hastijanti mengatakan pengembangan wisata heritage perlu dibarengi dengan diidentifikasi bangunan bersejarah, terutama bangunan cagar budaya, yang disesuaikan dengan temanya. Ia sepakat dalam pelestarian itu dengan melibatkan komunitas.

BACA JUGA:  Di Hari Jadi Provinsi Jatim ke-77, Pemkot Surabaya Raih ASN Achievement Award Tahun 2022

“Tujuannya agar bangunan cagar budaya itu bisa dilestarikan secara berkelanjutan sebagai salah satu ciri khas dari Kota Pahlawan,” katanya.

PARIWISATA GELIATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI

Suasana Kya-Kya Kembang Jepun malam hari yang dihidupkan dengan para UMKM kuliner.

Kepala Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Kota Surabaya, Wiwiek Widayati menyatakan bahwa sampai hari ini, pemkot terus menggiatkan pertumbuhan ekonomi dari sektor pariwisata.

“Kota kita ini sangat kaya dengan artefak, sejarah dan historisnya. Salah satunya di kawasan Kembang Jepun,” kata Wiwiek.

Menurut dia, banyak spot-spot wisata yang bisa dioptimalkan di Kampung Pecinan. Di antaranya, mulai dari Jalan Slompretan, Jalan Bongkaran, Jalan Karet, termasuk Jalan Kembang Jepun.

“Untuk itu kita akan mengoptimalkan kembali keberadaan spot-spot ini menjadi lebih baik. Targetnya akhir November 2023 bisa selesai,” terangnya.

Ia menjabarkan destinasi dengan konsep living heritage ini juga termasuk bagian dari pelestarian bangunan yang mempunyai sejarah di masa lalu. Nilai historis itu tetap dipertahankan namun dalam kemasan modern.

Konsep living heritage juga disebutnya untuk mencegah perusakan bangunan bersejarah. “Tak hanya wujud fisiknya, tapi juga tentang warisan budayanya jangan luntur atau hilang,” paparnya.

Contohnya, budaya bergotong royong, komunikasi dengan tetangga, tradisi dan adat istiadat, hingga mata pencaharian. Semua kehidupan sosial itu ingin dihidupkan dalam konsep wisata agar masyarakat dapat merasakan kekentalan budaya dari berbagai jenis masyarakat di Surabaya pada zaman itu.

“Tentunya akan dibalut pula dari sisi perekonomian. Jika pariwisatanya naik, secara ekonomis akan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar,” jelas pejabat berhijab ini.

Untuk diketahui, beberapa waktu lalu di Kya-Kya digelar Madura Food Festival. Melalui event-event ini, perekonomian tumbuh. Sehari, omzet pedagang ada yang tembus Rp 7 juta.

Selain itu, ada juga gelaran Festival Peneleh. Di festival ini ada pasar rakyat, layar tancap, dan Peneleh heritage track yang merupakan rangkaian dari gelaran Java Coffee Culture 2023.

SUROBOYO KUTHO LAWAS

Konsep Suroboyo Kutho Lawas yang dipaparkan SMSI Surabaya kepada Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi dan akan dikerjakan di akhir tahun ini.

Konsep baru yang sedang dikerjakan Pemkot Surabaya adalah merealisasikan Suroboyo Kutho Lawas. Targetnya sama, di kawasan Kembang Jepun dan sekitarnya, tepatnya di Jalan Karet dan kawasan tepi Kalimas (di sisi Jembatan Merah).

Kawasan ini nantinya akan dijadikan tempat kongkow yang nyaman bagi wisatawan. Untuk mengembangkan wilayah ini, Pemkot Surabaya menggandeng Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Surabaya dan akan dilaunching 31 Desember 2023 mendatang atau bertepatan dengan malam tahun baru 2024.

Konsep yang diusung untuk wilayah ini adalah menggagas kawasan Jalan Karet dan sekitarnya, terutama di pinggir Kalimas. Di sepanjang Kalimas nanti akan ada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), warung ngambang (apung), plus aneka olahan kopi nusantara.

Ketua SMSI Surabaya, Iskandar Pribowo mengatakan pihaknya siap berkolaborasi dengan Pemkot Surabaya. “Kami siap menggarap wisata heritage Suroboyo Kutho Lawas,” ungkapnya.

Gambaran Suroboyo Kutho Lawas yang memadukan wisata Kalimas, heritage dan pertumbuhan ekonomi melalui UMKM.

Pria yang akrab disapa Isa ini melanjutkan SMSI Surabaya sudah melakukan pemetaan lokasi dan mendesain konsepnya. “Ide-idenya nanti bakal digabungkan dengan konsep dari Pemkot Surabaya,’ ujar dia.

Ia menuturkan Suroboyo Kutho Lawas dibuka akan semakin melengkapi wisata heritage di Kya-Kya, Kampung Pecinan dan Kampung Arab. Ia juga optimistis Suroboyo Kutho Lawas bakal ramai dan menarik wisatawan karena destinasi ini terintegrasi dengan wisata heritage yang lain melalui Kalimas. Apalagi, juga akan ada penambahan dermaga-dermaga baru di sepanjang Kalimas.

“Kami menyadari Surabaya tidak memiliki wisata alam seperti di Malang Raya. Destinasi wisata di Surabaya harus diciptakan, dan Surabaya adalah satu-satunya Kota Pahlawan di Indonesia. Inilah yang perlu di-eksplore potensinya,” terang Isa.

Kawasan dan bangunan di Jalan Karet yang terkini dan gambaran kawasan tersebut setelah dijadikan wisata heritage.

Lebih detil ia menjabarkan konsep wisata yang diusungnya adalah Surabaya memiliki paket wisata yang memanjakan wisatawan. Misalnya, pengunjung naik perahu dari Monkasel, maka mereka akan mendapatkan paket lengkap seluruh wisata yang sudah terintegrasi di sepanjang Kalimas.

BACA JUGA:  Buka LKS SMK XXXIII Provinsi Jatim Tahun 2024, Pj. Gubernur Adhy Optimis Jadi Modal Strategis Pertahankan Juara Umum LKS Nasional

Yakni, dengan sekali bayar retribusi, pengunjung akan dibawa ke Museum Pendidikan, Tunjungan Romansa, Peneleh sampai di Suroboyo Kutho Lawas.

Contohnya saat singgah di Peneleh, pengunjung dibawa mengunjungi rumah lahir Bung Karno, rumah HOS Tjokroaminoto, Sumur Jobong, Langgar Dukur, rumah Roeslan Abdulgani dan ke Lodji Besar. Sesampainya di Lodji Besar, wisatawan akan diajak tour guide berkeliling perkampungan dan tempat-tempat ikonik yang berada di kawasan Peneleh.

“Itu bisa ditawarkan ke pihak hotel dan travel. Paket wisata sejarah seperti ini bisa dijual dan sangat menarik,” terangnya.

Keuntungan lain, Pemkot Surabaya tidak perlu bingung memikirkan lahan parkir. Bus wisata atau travel tinggal menurunkan wisatawannya di Monkasel, kemudian titik jemputnya di Kya-Kya.

DUKUNGAN MENGALIR

Ketua Komunitas Begandring Soerabaia, Nanang Purwono memberikan dukungan kepada Pemkot Surabaya untuk wisata heritage. Sebagai komunitas yang concern pada sejarah, pihaknya berharap pembangunan kota tidak menghilangkan sejarahnya.

“Kita tidak ingin kembali ke masa lalu, tapi peninggalan sejarahnya jangan sampai hilang,” kata Nanang dalam percakapan dengan Surabayatoday.id.

Dituturkan, Kota Surabaya sarat dengan sejarah dan peninggalan sejarah ‘tempoe doeloe’. Banyak spot yang bisa digali dan dieksplore menjadi wisata. Bisa bangunannya, budaya atau jejak sejarahnya.

Peneleh, Kya-Kya, Kampung Pecinan, dan Kampung Arab adalah bagian dari sejak sejarah itu. Bahkan Kalimas adalah bagian pula dari jejak sejarah. Sebab Kalimas dulu adalah jalur perdagangan menggunakan kapal atau perahu.

Salah satu bukti adalah adanya jembatan Petekan. “Dulu kalau kapal mau lewat, jembatannya bisa dibuka (naik-turun). Itu juga bisa dibikin wisata,” jlentrehnya.

Dukungan lain datang dari Wakil Ketua DPRD Surabaya Reni Astuti. Ia mencontohkan pengembangan wisata heritage Peneleh yang bakal semakin menumbuhkan perekonomian. “Peneleh adalah tempat Bung Karno dilahirkan, dan banyak catatan maupun rekam jejak sejarah lainnya yang bisa ditemui. Ini menarik,” kata Reni.

Politisi perempuan ini menambahkan Peneleh akan melengkapi destinasi wisata yang sarat historis. Lebih penting lagi, para generasi muda dapat belajar sekaligus wisata sejarah dengan meneladani tokoh-tokoh bangsa yang besar dan lahir dari Peneleh.

Wakil Ketua DPRD Surabaya AH Thony

Dukungan yang sama disampaikan Wakil Ketua DPRD lainnya, AH Thony. Bahkan ia menggagas agar pengembangan wisata heritage ini digabungkan dengan sport tourism. “Di Kalimas ini bisa digunakan untuk olahraga juga lho. Selain dayung, bisa diinovasikan Kalimas sebagai tempat olahraga jetski,” ucapnya.

Di mana tempatnya? AH Thony melirik Kalimas sisi selatan DAM Kayoon yang bisa diimplementasikan untuk mewujudkan gagasan itu. Tepatnya, di sisi Pasar Bunga Kayoon hingga di depan Hotel Novotel.

Jika ide ini terealisasi, maka Kalimas bakal benar-benar hidup. Bagi wisatawan yang ingin heritage jalurnya adalah Monkasel ke arah Kya-Kya, bagi yang ingin sport, rutenya Kayoon ke Novotel. “Itu bakal keren,” cetusnya.

AH Thony optimistis penggabungan wisata heritage dengan soprt tourism itu akan menghidupkan permukiman di sepanjang Kalimas. Rumah atau bangunan akan berbenah menjadi water front city.

“Dampak positifnya, kesan kumuh hilang. Kebiasaan membuang sampah di sungai juga hilang. Tentu saja, perekonomian warga di sepanjang Kalimas bakal tumbuh,” tambah dia.

Ia juga menilai pengembangan wisata heritage ini sejalan dengan pemikirannya. Dikatakan, dirinya bahkan telah mengusulkan agar Surabaya memiliki perda tentang budaya, semangat juang dan kepahlawanan. Melalui hak inisiasinya, kata AH Thony, sudah menyiapkan draf raperda tersebut dan sudah dikonsultasikan dengan biro hukum Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).

“Perda ini nantinya akan mengatur tentang pemajuan kebudayaan yang digabungkan dengan kepahlawanan,” ungkapnya.

Menurutnya, secara garis besar raperda yang digagas itu akan mengacu pada UU nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Namun karena Surabaya memiliki julukan Kota Pahlawan dan hanya satu-satunya kota di Indonesia yang bergelar Kota Pahlawan, maka raperda pemajuan kebudayaan itu akan digabungkan dengan nilai atau semangat kepahlawanan.

Diharapkan pembangunan Kota Surabaya ke depan terwarnai dengan nilai nilai luhur dan kearifan lokal Surabaya, di antaranya adalah heritage. (ST01-Bersambung)

Tags: KalimasKampung ArabKampung PecinanKya-Kya Kembang JepunPemkot SurabayaRumah Lahir Bung KarnoUMKMWisata Heritage
ShareTweetSendShareSend

Related Posts

Penyerahan bantuan secara simbolis pada Sekretaris Daerah Provinsi Aceh M. Nasir di Posko Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi Provinsi Aceh. 

Pemprov Jatim Serahkan Bantuan Kemanusiaan Senilai Rp 3,895 Miliar untuk Korban Bencana Aceh

Sabtu, 6 Desember 2025
Kegiatan Sabtu Berbagi oleh PAC PDIP Krembangan yang berlangsung di Jalan Lumba-Lumba, Surabaya.

PAC PDIP Krembangan Gelar “Sabtu Berbagi”, Wujudkan Gotong Royong untuk Warga

Sabtu, 6 Desember 2025

Empat Truk Logistik Bantuan dari Surabaya Kembali Diterbangkan ke Sumatra

Sabtu, 6 Desember 2025
Kesejahteraan Rakyat Kota Surabaya, Arief Boediarto, pada acara Madrasah Amil dan Nadzir di Ruang Majapahit, Kantor Bappendalitbang,.

Wujudkan Kota Pahlawan sebagai Kota Wakaf, Pemkot Surabaya Gelar Madrasah Amil dan Nadzir

Sabtu, 6 Desember 2025

Berita Terkini

Penyerahan bantuan secara simbolis pada Sekretaris Daerah Provinsi Aceh M. Nasir di Posko Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi Provinsi Aceh. 

Pemprov Jatim Serahkan Bantuan Kemanusiaan Senilai Rp 3,895 Miliar untuk Korban Bencana Aceh

Sabtu, 6 Desember 2025
Kegiatan Sabtu Berbagi oleh PAC PDIP Krembangan yang berlangsung di Jalan Lumba-Lumba, Surabaya.

PAC PDIP Krembangan Gelar “Sabtu Berbagi”, Wujudkan Gotong Royong untuk Warga

Sabtu, 6 Desember 2025

Empat Truk Logistik Bantuan dari Surabaya Kembali Diterbangkan ke Sumatra

Sabtu, 6 Desember 2025
Kesejahteraan Rakyat Kota Surabaya, Arief Boediarto, pada acara Madrasah Amil dan Nadzir di Ruang Majapahit, Kantor Bappendalitbang,.

Wujudkan Kota Pahlawan sebagai Kota Wakaf, Pemkot Surabaya Gelar Madrasah Amil dan Nadzir

Sabtu, 6 Desember 2025
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa  di sela peresmian hunian sementara Kinasih Indah Persada di Desa Ngrandu, Kecamatan Suruh, Kabupaten Trenggalek.

Gubernur Khofifah Resmikan Huntara “Kinasih Indah Persada” di Trenggalek

Sabtu, 6 Desember 2025
Surabaya Today

© 2019 Surabaya Today

Navigate Site

  • Redaksi
  • Contact
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Peristiwa
  • Politik & Pemerintahan
  • Hukum & Kriminal
  • Ekbis
  • Serba Serbi
    • Olahraga
    • Sosbud
  • Daerah
  • Advertorial
  • Indeks

© 2019 Surabaya Today

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In