SURABAYATODAY.ID, MOJOKERTO – Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak meresmikan Pusat Pengelolaan Sampah dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (PPSLB3) yang dikelola PT Pratama Jatim Lestari (PJL), Selasa (17/10). PPSLB3 ini berada di Desa Cendoro, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto.
Sebagai informasi, PT PJL merupakan anak perusahaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi Jawa Timur di bawah naungan Jatim Grha Utama Group yang bergerak di bidang jasa pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
Wagub Emil menyebut beroperasinya PPSLB3 ini merupakan jawaban atas kebutuhan fasilitas pengelolaan limbah terpadu bagi industri di Jawa Timur. “Ini menjadi penting untuk menciptakan suatu pembangunan yang berkelanjutan di tengah upaya untuk menggenjot perekonomian,” ungkapnya.
Menurut Emil, keberadaan fasilitas ini diharapkan mampu meningkatkan serta memberikan optimisme untuk kemajuan perekonomian Jawa Timur. Mengingat Jatim merupakan provinsi yang perekonomiannya bertumpu pada sektor industri manufaktur.
“Insyaallah ini meningkatkan daya saing bukan hanya untuk Jawa Timur tapi juga Indonesia. Karena Jawa Timur saat ini menyumbang lebih dari 22% dari output manufaktur Indonesia ini hampir seperempat,” jelas dia.
Emil menyebut pendirian dan peresmian pengelolaan limbah terpadu seperti ini tidak boleh dianggap remeh dan ditunda-tunda.
“Sebab, sudah yakinkah kita industri medis sudah melakukan pengelolaan limbah B3 secara tertib? Jangan sampai ke depan kita tidak bisa makan karena alam sudah rusak,” ujarnya.
“Kehadiran PPSLB3 ini tentunya membuat industri di Jatim maupun yang berbatasan dengan Jatim tidak perlu bersusah-susah untuk mengelola limbahnya. Karena akses ke lokasi ini sangat mudah dan terintegrasi dengan wilayah Gerbang Kertasusila,” tambahnya.
Berdasarkan data dari SiRaja (Online platform untuk pelaporan kinerja pengelolaan limbah B3 yang diluncurkan oleh KLHK) jumlah timbulan limbah B3 di Jatim tercatat cukup tinggi. Yakni pada tahun 2020 tercatat 7.972.768 ton timbulan limbah B3, 2021 tercatat 6.394.207 ton timbulan, dan pada tahun 2022 tercatat 6.395.797.
“6-8 juta ton timbulan limbah B3 di Jatim bisa teratasi dengan adanya pusat pengolahan limbah terpadu ini,” kata Emil.
“Bersama dengan bimbingan dari KLHK kami berupaya untuk menyiapkan teknologi pengolahan ini dengan sebaik-baiknya. Hingga 12 Oktober sudah 45.000 kg limbah B3 dari medis terutama dan juga obat expired ya yang sudah ditangani disini. Ini adalah kesempatan untuk teknologi transfer guna membangun SDM kita yang mumpuni dalam pengelolaan teknologi yang berkaitan dengan waste management seperti ini atau Hazardous waste management,” jelasnya detil.
Emil juga menyampaikan pemilihan lokasi PPSLB3 ini telah mempertimbangkan keselamatan warga. Dengan hadirnya pengolahan limbah terpadu ini justru masyarakat akan lebih aman dari pihak-pihak yang mengolah limbah secara sembarangan. (ST02)