SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Perjalanan lidah tidak pernah surut dalam lintas zaman. Di berbagai perjalanan, kuliner nusantara legendaris yang selalu memanjakan lidah akan terus ketemu dalam kenangan akan kampung halaman.
Waroeng Joglo Merah Putih mencoba untuk merawat kenangan itu. Melalui kuliner legendaris berbagai daerah, warung ini ingin merawat kenangan itu sebagai bagian dari perjalanan zaman. Salah satunya sajian asem-asem Ikan sembilang yang sudah tersohor sejak lama di kawasan Pantura.
Ridho Iswanto, salah satu pengunjung menuturkan, sajian makanan ikan sembilang sudah jarang ditemui di berbagai daerah. Ketika pertama pesan, ia langsung teringat akan kampung halaman. Seperti masakan ibunya yang ada di rumah Lamongan.
“Kepala ikan Sembilang paling favorit bagi saya, sensasi malan dengan daging di kepala ikan dan tulang yang maknyus,” katanya, Minggu (2/7).
Manager Waroeng Joglo Merah Putih Aan Haryono menuturkan, pihaknya mencoba untuk memunculkan kembali berbagai sajian kuliner nusantara legendaris bagi masyarakat. Ada banyak kekayaan kuliner yang ada di masyarakat dan semua itu ingin terus dilestarikan.
“Salah satunya olahan Ikan Sembilang. Kami mencoba untuk menghadirkan kesegaran ikan sembilang yang dipadu dengan rempah-rempah nusantara,” katanya.
Ia melanjutkan, untuk menjaga citarasa, pihaknya langsung mengambil ikan sembilang dari para nelayan. “Sekaligus memperkenalkan olahan makanan dari vegetasi yang ada di tiap rumah-rumah seperti blimbing wuluh maupun asem Jawa,” jelasnya.
Selain dimasak asem-asem, Ikan Sembilang juga diolah menjadi pepes serta bothok yang memiliki citarasa nusantara lainnya. “Daging ikan sembilang yang gurih dan padat memudahkan untuk diolah dengan berbagai masakan lainnya,” ucapnya.
Olahan ikan sembilang, katanya, sengaja dibawa ke Surabaya untuk mengobati rasa rindu masyarakat urban yang berasal dari berbagai daerah. Di Waroeng Joglo Merah Putih yang berada di Jl Ir Soekarno 678 Surabaya itu, rasa rindu akan kampung halaman dipertemukan. “Karena setiap dari kita selalu memiliki kenangan, termasuk dalam rasa di lidah,” sambungnya. (ST01)





