SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia (RI), memuji penanganan stunting di Kota Surabaya. Pujian ini didasari karena keberhasilan Kota Surabaya dalam upaya menurunkan prevalensi stunting dengan cara pendekatan spesifik dan sensitif secara bersama.
Hal tersebut sebagaimana diungkapkan Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) RI, Dante S Harbuwono dalam sebuah acara Forum Merdeka Barat (FMB) bertajuk “Langkah Penting Turunkan Stunting” yang digelar secara daring di Jakarta, Senin (26/6).
“Luar biasa Kota Surabaya bisa menurunkan stunting begitu dahsyatnya. Itu karena pendekatan spesifik dan pendekatan sensitif dilakukan secara bersama-sama,” kata Dante S Harbuwono.
Wamenkes RI menyebut, bahwa penanganan stunting bukan hanya sekadar memberikan makanan kepada anak-anak. Namun, penanganan stunting itu harus dilakukan melalui pendekatan spesifik dan sensitif. Pendekatan spesifik itu misalnya, memberikan makanan tambahan kepada anak-anak hingga mencegah anak-anak tersebut sakit dan sebagainya.
“Sedangkan pendekatan sensitif itu berhubungan dengan faktor-faktor yang ada di lingkungan setempat. Misalnya, kemiskinan, sanitasi yang baik, kemudian masalah budaya di setempat dan sebagainya,” kata Dante.
Di samping itu, Wamenkes RI menyebut, bahwa upaya penanganan stunting tidak hanya membutuhkan komitmen dari pemerintah pusat secara eksklusif. Tetapi juga dibutuhkan peran dan komitmen pemerintah daerah seperti yang sudah dilakukan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi. “Dan ini dibutuhkan kerja sama dari kementerian/lembaga,” ujarnya.
Sementara itu, Deputi Bid Advokasi, Penggerakan & Informasi (ADPIN) BKKBN, Sukaryo Teguh Santosa menjelaskan, bahwa secara nasional, trend kasus stunting dari tahun 2007 – 2022, flat turun sekitar 2 persen per tahunnya. Namun trend data stunting tersebut juga bersifat fluktuatif. “Itu turunnya secara perlahan, tetapi mulai tahun 2016, penurunan stunting cukup bagus. Bahkan, saat pandemi Covid-19 ini juga mengalami penurunan,” kata Sukaryo Teguh Santosa.
Ia menyebut, secara nasional, prevalensi stunting di Indonesia turun sebesar 2,8 persen dari tahun 2021-2022. Meski belum mencapai target 14 persen di akhir tahun 2024, namun menurutnya, penurunan stunting ini merupakan langkah awal yang bagus.
“Nah, tentu saja kita punya PR (pekerjaan rumah), karena untuk menurunkan (stunting) akhir tahun 2024 (menjadi) 14 persen, ini bukan pekerjaan mudah, maka perlu mitigasi faktor utama risikonya seperti apa,” tandasnya. (ST01)





