SURABAYATODAY.ID, TUBAN – Masjid Agung Tuban memiliki sejarah panjang. Masjid ini dibangun dengan menggunakan pola lengkungan untuk menghubungkan tiang penyangga, sehingga menghasilkan pola ruang dengan kolom-kolom. Pola ini seakan terinspirasi dari ruang dalam Masjid Cordoba, Spanyol.
Menurut GF Pijper, cerita yang berkembang menyebut rujukan rancangan masjid ini adalah Hagia Sofia lstanbul. Selain berkubah, Masjid Agung Tuban juga salah satu masjid terawal yang miliki arcade.
Gaya arsitektur khas Nusantara dapat ditemui pada pintu dan mimbar yang terbuat dari kayu dengan ornamen ukiran khas Jawa. Di sayap mihrab terdapat tangga dari bahan kuningan mencirikan gaya khas ornamen Jawa Klasik.
Masjid tersebut didirikan pada masa pemerintahan Adipati Raden Ario Tedjo atau yang dikenal dengan Syeh Abdurrahman, Bupati Tuban ke-7. Kapan pendirian masjid tersebut tidak tercatat secara pasti, namun diperkirakan pada abad ke-15 karena Adipati Raden Ario Tedjo berkuasa sekitar 1401-1419.
“Masjid ini adalah bagian dari bukti kejayaan Islam pada zaman Kerajaan Majapahit,” kata Gubernur Khofifah.
Masjid yang merupakan salah satu masjid pertama di Jawa yang memakai kubah. Masjid ini sempat mengalami beberapa kali renovasi. Renovasi pertama kali dilakukan tahun 1894, yakni pada masa pemerintahan Raden Toemengoeng Koesoemodiko (Bupati ke-35 Tuban).
Saat itu Raden Toemengoeng Koesoemodiko menggunakan jasa arsitek berkebangsaan Belanda, BOHM Toxopeus. Sebagaimana disebutkan dalam prasasti yang ada di depan masjid ini yang berbunyi : “Batoe yang pertama dari inie missigit dipasang pada hari Akad tanggal 29 Djuli 1894 oleh R. Toemengoeng Koesoemodiko Boepati Toeban. Inie missigit terbikin oleh Toewan Opzicter B.O.H.M. Toxopeus”. (ST02)