SURABAYATODAY.ID, GRESIK – Masjid Jami’ Gresik menyimpan sejarah. Masjid ini dibangun oleh seorang ulama dan saudagar perempuan yang termasyhur kala itu, Nyai Ageng Pinatih.
Menurut literatur sejarah, Masjid Jami’ Kabupaten Gresik dibangun oleh Nyai Ageng Pinatih pada tahun 1412 Masehi di atas tanah yang merupakan hadiah dari Raja Brawijaya. Untuk memaksimalkan hadiah itu, tidak hanya perlu bekal ilmu agama tetapi juga ilmu dagang atau ilmu ekonomi.
Dari ilmu agama para gurunya yaitu Syaikh Maulana Malik Ibrahim dan Raden Rahmatullah alias Sunan Ampel di Surabaya yang keduanya juga mahir ilmu dagang, Nyai Ageng Pinatih mampu menyebarkan Islam kepada warga di tanah Gresik.
Nyai Ageng Pinatih menyadari bahwa menyebarkan Islam tidak hanya berbekal ilmu agama. Perlu juga diimbangi dengan kekuatan ekonomi yaitu dengan berdagang. Dengan kapal yang dimiliki Ia mampu menjual hasil bumi ke wilayah lain, baik di wilayah Majapahit maupun Blambangan serta wilayah lain.
“Dari Nyai Ageng Pinatih ini, kita belajar bahwa sejak zaman dahulu kala kebangkitan agama juga harus berseiring dengan kemandirian ekonomi,” tutur Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa.
Nyai Ageng Pinatih adalah sosok yang berhasil dalam berdagang. Hal itu ditandai dengan kepemilikan kapal dagang yang banyak. Kemudian pada 1458 M, Kerajaan Majapahit mengangkatnya sebagai Syahbandar Pelabuhan Gresik yang bertugas memungut bea cukai dan mengawasi kapal-kapal dagang asing.
Nyai Ageng Pinatih adalah syahbandar terkenal di zamannya dan perempuan pertama di nusantara yang mengurusi bea cukai. Sampai meninggal tahun 1478 Masehi, Nyai Ageng Pinatih dikenal ulama perempuan yang juga menjadi kepala pelabuhan era Kerajaan Majapahit.
“Nyai Ageng Pinatih ini perempuan hebat, beliau lebih dikenal sebagai saudagar, syahbandar juga daripada seorang ulama perempuan,” jelas Khofifah. (ST02)





