SURABAYATODAY.ID, SURABAYA – Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Erwin Astha Triyono mengatakan, Dinkes Jatim telah melakukan berbagai upaya dalam penanggulangan TBC. Pertama, mengintensifkan penemuan terduga TBC di masyarakat dengan skrining mandiri gejala TBC melalui aplikasi E-TIBI di tautan https://dinkes.jatimprov.go.id/assesment-tbc/public/.
Sebagai informasi, TBC merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis melalui udara atau semburan air liur. Penyakit tersebut kerap menyerang paru-paru dan dapat berujung kematian jika tidak ditangani dengan baik. Beberapa gejala TBC yang perlu diwaspadai yaitu batuk terus menerus (persisten), nyeri dada, sesak napas, demam, berkeringat di malam hari tanpa aktivitas, dan berat badan terus menurun.
“Jika masyarakat mengalami gejala tersebut, segera skrining mandiri melalui E-TIBI atau segera periksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan setempat.” imbau Erwin.
Upaya kedua, mengintensifkan kolaborasi lintas program, di antaranya adalah TBC-HIV, TBC-DM (Diabetus Melitus), TBC-KIA (Kesehatan Ibu & Anak), TBC-PISPK (Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga) serta melibatkan unsur pentahelix dalam penanganan TBC di Jawa Timur.
Ketiga, mengoptimalkan penemuan kasus TBC secara aktif (Investigasi Kontak, Skrining Masal di Sekolah, Lapas, Pondok Pesantren dan Tempat Kerja)
Keempat, membentuk Tim DPPM (Distric Public Private Mix) dan KOPI (Koalisi Organisasi Profesi) TBC di Kab/Kota se Jawa Timur. Kelima, melakukan ekspansi layanan TBC Resisten Obat di 21 Rumah Sakit dan di tahun 2023 ditargekan menjadi 33 Rumah Sakit Layanan TBC Resisten Obat.
Dengan berbagai upaya yang telah dilakukan, Jawa Timur berhasil meraih beberapa capaian, antara lain penemuan terduga TBC di Jawa Timur pada tahun 2022 telah melebihi target 100 persen yang ditentukan yaitu mencapai 117 persen. Sebelumnya di tahun 2021, penemuan terduga TBC di Jawa Timur hanya mencapai 57 persen.
Selanjutnya, penemuan kasus TBC sebanyak 81.753 jiwa atau 76,02 persen dari target kasus yang diestimasikan yaitu 107.547 jiwa. Capaian ini meningkat dibandingkan tahun 2021 yaitu 53.289 jiwa.
Berikutnya, Treatment Coverage (Kasus TBC ditemukan dan diobati) pada tahun 2022 telah mencapai 63,94 persen meningkat dibandingkan tahun 2021 yang hanya mencapai 45,08 persen.
Dengan jumlah temuan yang meningkat tersebut, maka angka keberhasilan pengobatan mencapai 89 persen dari target 90 persen pada tahun 2022.
Sementara itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengajak seluruh elemen, mulai dari nakes hingga masyarakat umum untuk semakin aware akan bahaya dari penyakit TBC. “Mari satukan tekad dan perkuat inovasi dalam rangka mencapai eliminasi TBC 2030,” katanya.
“Intinya, jika semakin banyak yang terdeteksi sedini mungkin, penanganan juga semakin cepat. Karena penularannya lewat udara, maka screening sebanyak mungkin akan mengurangi jumlah penularan,” jelas Khofifah. (ST02)





