SURABAYATODAY.ID, MALANG – Menteri Agama Republik Indonesia sekaligus Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas mendorong GP Ansor dsn Banser untuk selalu konsisten memgamalkan zikir dan pikir. Yakni menggabungkan antara nilai keislaman dari para kiai NU, dan kebaikan-kebaikan Pancasila.
“Kiai-kiai kita memberikan kita contoh dan perintah itu untuk menunjukkan bahwa dari yang setiap kita lakukan ada manfaat yang sederhana,” jelasnya.
Hal itu disampaikannya dalam Apel Merah Putih 10.000 kader Banser Kabupaten Malang di Stadion Kahuripan. Apel ini bertujuan membangun semangat mengawal NKRI demi menyejahterakan bangsa Indonesia. Hal ini sejalan dengan tujuan utama dibentuknya GP Ansor pada 10 Muharram 1353 H atau 24 April 1934 dan Banser pada tahun 1964
“Apabila kita konsisten menjalankan apa yang diperintahkan kiai kita, mendukung kesatuan dan keutuhan NKRI, bukan hanya di dunia manfaat yang didapat tetapi juga kita didoakan khusnul khotimah,” tutupnya.
Untuk diketahui, barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama adalah badan otonom (Banom) di bawah Gerakan Pemuda Ansor yang didirikan pada tahun 1934. Banser NU sendiri didirikan untuk memastikan keamanan dalam kegiatan-kegiatan NU.
Sedangkan Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa memberikan 3 kunci untuk menjaga keberlangsungan toleransi melalui nafas keislaman dan Pancasila. Yaitu mutual understanding, di mana masyarakat yang beragam harus bisa saling memahami. Diikuti dengan mutual respect yang merupakan tindakan saling menghormati. Dan yang terakhir, mutual trust atau kepercayaan yang terjalin antar umat yang beragam.
“Kekuatan kita iada pada kebersamaan kita, mutual understanding, mutual respect, dan mutual trust. Kemudian dari situ muncul tepo seliro dan kekuatan toleransi serta moderasi,” lanjut Khofifah.
Ia pun melanjutkan, apabila terdapat perbedaan pendapat di dalam dan di luar GP Ansor dan Banser, maka harus menyikapi dengan adil sesuai dengan apa yang telah diajarkan oleh para Kiai di NU dengan menjunjung tinggi musyawarah mufakat.
“Jika terjadi perbedaan pendapat baik dari luar dan dalam, maka koridornya adalah kekuatan yang telah diajarkan oleh para kiai kita, yaitu musyawarah, mufakat,” ujarnya. (ST02)





